Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Tribrata, Mungkinkah?

Kompas.com - 01/07/2011, 02:37 WIB

Bambang Widodo Umar

Nilai-nilai Tribrata sebagai pedoman hidup anggota Polri adalah (1) Rastrasewakottama, polisi sebagai abdi utama nusa dan bangsa; (2) Nagara janottama, polisi sebagai warga negara teladan dari negara; dan (3) Jana anusasana dharma, polisi wajib menjaga ketertiban pribadi dari rakyat.

Kunarto, mantan Kapolri, dalam bukunya, Tri Brata, Catur Prasetya: Sejarah– Perspektif dan Prospeknya (1997: 89), menjelaskan, kelahiran Tribrata bersamaan dengan upacara pembaiatan gelar sarjana ilmu kepolisian angkatan kedua, 3 Mei 1954. Kini, pada usia 65 tahun, Polri tampak masih terseok-seok dalam membangun jati dirinya sebagai polisi Tribrata. Hingga sekarang masih sering terjadi tindakan polisi yang menodai Tribrata.

Kesadaran palsu

Berbagai cara yang dilakukan Polri untuk mewujudkan Tribrata dapat dikatakan bersifat normatif dan masih sebatas pernyataan. Cara itu ibarat eufemisme, bagai perbuatan menggantang asap sebab nilai-nilai Tribrata memang tak mudah terjelma ke dalam aksi. Tak seorang pun menyangkal keluhuran nilai-nilai ini, tetapi tak ada pula yang mengingkari bahwa nilai-nilai luhur itu sesungguhnya tak penting dalam dirinya, yang lebih penting adalah dalam sistem pelembagaan.

Hingga kini pun kajian-kajian tentang Tribrata belum sampai pada sistem pelembagaan yang jelas. Dari literatur yang ada baru sampai pada kajian tentang sejarah dan filosofinya. Kajian dari aspek etika kerap kali berputar-putar pada petuah-petuah tentang moralitas, padahal yang dibutuhkan adalah menemukan bagaimana metode implementasi nilai-nilai itu dalam organisasi Polri. Tribrata baru sebatas gambaran polisi utopia.

Upaya normatif itu bukannya cara tepat mewujudkan Tribrata, justru merangsang polisi terlena hingga terjebak dalam dunia seolah-olah. Pertama, polisi menduga apa yang dipikirkan sebagai suatu kenyataan, padahal itu baru proyeksi dari keinginan. Kedua, selama ini polisi berasumsi apa yang dinyatakan sebagai sesuatu yang prinsip (sudah benar), padahal dalam penerapan menunjukkan sebaliknya, justru menyeret ke kesadaran palsu.

Inti pekerjaan polisi adalah melindungi, membimbing, dan mengayomi. Bagi polisi, kekerasan hanya dibenarkan jika menghadapi situasi sangat berbahaya dan kondisi yang mengancam dirinya, terutama ancaman pembunuhan. Dalam tataran ini penting tumbuhnya ”empati” dalam relasi antara polisi dan masyarakat, mengingat dalam relasi itu polisi bisa bertemu dengan watak-watak manusia yang emosional dan tidak mampu mengendalikan diri. Di sini pentingnya kematangan ”budi” bagi polisi dalam tugas. Konsekuensinya, polisi harus ”menyayangi” siapa pun warga yang dihadapi dengan memosisikan diri sebagai bagian tak terpisahkan dari masyarakat yang dilayani. Ini disebut integrasi.

Mewujudkan Tribrata tak cukup hanya upaya normatif, apalagi mengandalkan ikrar seperti dalam pendidikan. Ikrar lebih mudah diwujudkan dalam situasi di mana antara kebaikan dan keburukan mudah dibedakan. Dalam kehidupan yang kian dikuasai budaya material, tak mudah mengharapkan ikrar jadi kenyataan. Untuk mewujudkan polisi Tribrata, perlu pemimpin kesatuan yang mampu jadi panutan, dalam arti punya keteladanan paripurna. Ini dilandasi pemikiran, eksistensi kelompok harus diikat dengan berbagai rasa: rasa cinta, rasa hormat, rasa bangga, rasa kagum, dan rasa percaya.

Pimpinan polisi harus bisa menerjemahkan kebenaran nilai-nilai Tribrata dalam suatu ”program pencapaian”. Sebab, antara ultimate values dalam Tribrata dengan kondisi nyata sekarang ini perlu diterjemahkan secara benar. Bukan dengan mengeluarkan pernyataan seperti ”polisi bekerja tanpa pamrih”, ”independen”, dan ”transparan”, yang dalam kenyataan malah bertentangan. Program pencapaian itu harus realistis. Masa kini bekerja profesional perlu diimbangi dengan pendidikan dan pelatihan yang cukup, upah yang wajar, alat-alat yang memadai, serta kesejahteraan yang cukup pula.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com