Faisal Basri Maju dalam Pilgub DKI

JAKARTA, KOMPAS.com — Ekonom Faisal Basri akhirnya menyatakan diri siap bertarung untuk memperebutkan posisi DKI 1 dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah atau Pemilukada DKI Jakarta 2012.

Hal itu dinyatakan dalam konferensi pers di Kedai Kopi Daya Rasa yang juga menjadi kantor Pergerakan Indonesia, Gandaria Tengah II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (21/7/2011) malam.

"Saya telah membulatkan tekad untuk menerima amanat dari teman-teman sekalian untuk maju dalam Pemilukada DKI Jakarta melalui jalur independen," ungkap Faisal Basri.

Tatang Jatmiko yang menjadi moderator acara menerangkan, pada hari Jumat (15/7/2011) berlangsung diskusi di tempat yang sama. Pada kesempatan itu, banyak rekan Faisal Basri meminta dirinya untuk bersedia maju sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017.

"Bang Faisal baru memberikan jawaban secara pribadi melalui SMS pada hari Senin (18/7/2011)," ungkap Tatang yang adalah Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Dewan Pengurus Nasional Pergerakan Indonesia. Dalam pesan singkat tersebut, Faisal menyatakan kesediaannya untuk ikut menjadi bakal calon gubernur DKI Jakarta.

Arie Sujito, sosiolog UGM, yang juga merupakan Ketua Umum Pergerakan Indonesia menyatakan, di tengah kemunduran budaya demokrasi yang terjadi di negeri ini, Faisal Basri menjadi figur yang diyakini akan memberi perubahan.

"Ada pesimisme di tengah masyarakat terhadap situasi demokrasi. Kami (Pergerakan Indonesia) ingin jadikan Faisal Basri sebagai ikon yang membawa perubahan nilai," kata Arie.

Nilai yang dimaksud Arie adalah menjadikan masyarakat sebagai subyek yang memilih bukan karena iming-iming dan janji dari sang calon, melainkan memberikan suaranya karena yakin akan integritas dan kemampuan calon.

Ia juga menegaskan, Pergerakan Indonesia siap memberikan dukungan penuh kepada Faisal Basri dalam usahanya menjadi pemimpin DKI Jakarta.

Faisal Basri pernah mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta pada 2007. Saat itu, ia maju melalui jalur partai politik. Namun, ia gagal karena partai politik memilih calon lain.