Jakarta, Kompas -
Proyeksi Bank Indonesia itu dipaparkan Deputi Gubernur BI Ardhayadi dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (28/7). Perhitungan tersebut dari evaluasi selama tiga tahun terakhir.
Kebutuhan tahun ini terdiri dari uang kertas sebesar Rp 61,236 triliun dan uang logam sejumlah Rp 121,153 miliar. Perkiraan kebutuhan itu terbagi atas uang pecahan besar sejumlah
Uang pecahan besar terdiri dari pecahan Rp 20.000 hingga Rp 100.000, sedangkan uang pecahan kecil berupa pecahan Rp 10.000 dan lebih kecil dari itu.
Menurut Ardhayadi, persediaan uang tunai secara nasional telah disiapkan.
Persediaan uang tunai per 1 Agustus 2011 sebesar Rp 123,388 triliun yang terdiri dari Rp 106,859 triliun uang pecahan besar dan Rp 16,529 triliun uang pecahan kecil. Persediaan per 1 September 2011 mencapai Rp 82,481 triliun yang terdiri dari Rp 71,898 triliun uang pecahan besar dan Rp 10,583 triliun uang pecahan kecil.
Ardhayadi yakin perbankan telah siap menghadapi kondisi meningkatnya kebutuhan uang tunai selama Ramadhan. Selain itu, infrastruktur pembayaran nontunai juga sudah siap karena transaksi nontunai, seperti transfer dana melalui bank, akan melonjak.
Kemarin, dipaparkan juga soal peredaran uang palsu. Namun, BI tidak dapat memastikan lonjakan peredaran uang palsu menjelang Idul Fitri.
Direktur Direktorat Peredaran Uang BI Mohammad Dahlan memaparkan, peredaran uang palsu masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Data BI sepanjang Januari-Mei 2011, temuan uang palsu mencapai 57.380 lembar. Jumlah terbanyak di Provinsi Jawa Timur, yakni 22.426 lembar.
”Terdapat enam lembar uang palsu per 1 juta lembar uang. Pada 2010, terdapat tujuh lembar uang palsu setiap 1 juta lembar uang,” kata Dahlan.
Uang palsu dengan pecahan Rp 100.000 mendominasi, yakni sekitar 57,99 persen atau 33.272 lembar. Adapun pecahan Rp 50.000 berjumlah 20.272 lembar atau 35,23 persen.
”Tetap waspada. Penarikan uang tunai pada bulan Ramadhan besar. Lebih aman menukar di bank,” kata Dahlan.