Hal itu dikatakan Pembina Yayasan Pelestarian Harimau Sumatera Bastoni mengutip data Kementerian Kehutanan di sela pelepasan seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Pulau Betet, Selasa (2/8).
Namun, ia tak merinci bagaimana kematian harimau-harimau itu diketahui dan dihitung serta upaya untuk mengatasi. Ia hanya menyatakan, harimau sumatera terancam punah akibat meluasnya pembukaan lahan di habitat mereka.
Harimau betina berusia tujuh tahun itu ditangkap di kawasan konsesi hutan tanaman industri PT Sumber Hijau Permai (SHP), anak perusahaan Sinar Mas Group, pada 18 April. Penangkapan itu menyusul tewasnya dua pekerja PT SHP yang diduga diserang harimau. Pelepasan dihadiri Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin, dan para pejabat daerah. Sebuah GPS dikalungkan di leher harimau itu untuk memantau kondisinya.
Pulau Betet seluas 4.000 hektar terletak di Kawasan Taman Nasional Sembilang yang luasnya 202.000 hektar. Kepala Balai Taman Nasional Sembilang Tatang mengatakan, harimau dipindah untuk menjaga keselamatan manusia sekaligus harimau. ”Kami siap menampung jika ada harimau-harimau korban konflik di tempat lain,” katanya.
Menurut Tatang, Pulau Betet dinilai cocok sebagai habitat harimau sumatera. Selain memiliki sumber air tawar, di pulau itu ada rusa dan babi hutan yang dapat menjadi sumber pakan harimau. Lokasinya terpencil dan belum dihuni manusia. Di tempat itu terdapat tanda-tanda harimau sumatera lain, tetapi jumlahnya belum diketahui.
Alex Noerdin mengatakan, pulau ini direncanakan sebagai lokasi wisata alam dengan satwa langka. Zulkifli berharap upaya pelestarian di Pulau Betet dapat meningkatkan populasi harimau sumatera. Kementerian Kehutanan merencanakan pembuatan wahana penyelamatan harimau yang berkonflik dengan manusia sebelum dipindahkan ke lokasi baru. ”Kemungkinan dibuat di Jambi,” kata dia.
Di saat yang sama, organisasi lingkungan Greenpeace menanggapi pemindahan harimau itu sebagai kampanye pencitraan.
Juru Kampanye Greenpeace, Zamzani, menyatakan, perusahaan Asia Pulp and Paper, induk perusahaan Sinar Mas, banyak membuka hutan yang jadi habitat harimau sumatera. Senada dengan Bastoni, Greenpeace menyatakan, banyak harimau tewas akibat rusaknya habitat mereka.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.