Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/08/2011, 11:32 WIB

KOMPAS.com - Beberapa surat pembaca yang muncul di media cetak acap kali mengeluhkan kondisi Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang sudah mirip terminal bus. Bandara yang mulai beroperasi tahun 1985 ini memang sudah tidak mampu lagi menampung jumlah pengguna jasa angkutan udara yang terus meningkat.

Tak bisa disangkal, pertumbuhan ekonomi yang berkisar 6 persen per tahun belakangan ini membuat pendapatan per kapita, terutama warga menengah-atas, juga naik. Kondisi ini membuat jumlah pengguna jasa angkutan udara kian marak. Semakin memungkinkan dengan munculnya industri penerbangan berbiaya murah.

Intinya, pembenahan Bandara Soekarno-Hatta sudah mendesak. Usia bandara yang sudah lebih dari seperempat abad jelas sudah sangat ketinggalan, bahkan sudah sampai pada tingkat yang merugikan perekonomian negeri ini. Karena kondisi ini sudah membatasi jumlah penumpang jasa angkutan udara, baik untuk domestik maupun internasional.

Badan Pusat Statistik (BPS) pernah mengatakan, kondisi bandara di negeri ini cenderung kewalahan melayani arus penumpang angkutan udara yang terus bertambah. Pesannya, pemerintahan di negeri ini agar segera meningkatkan kapasitas terminal ataupun landasan pacu dari semua bandara, terutama Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Keluhan penumpang jasa angkutan udara jelas sebuah epirik di lapangan. Sebuah keadaan faktual. Kondisi ini bukan hanya soal penumpang udara yang berjubel di terminal Bandara Soekarno-Hatta. Faktual juga bahwa antrean pesawat terbang yang hendak mendarat ataupun lepas landas juga semakin panjang. Sebuah pemborosan.

Data juga membuktikan. Secara kumulatif, penumpang angkutan udara domestik selama Januari-Juni 2011 mencapai 25,1 juta orang. Meningkat 25,82 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Jumlah penumpang internasional selama periode yang sama mencapai 5,3 juta orang. Naik 17,08 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010.

Sementara itu, jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia selama semester I-2011 mencapai 3,59 juta orang. Meningkat 6,42 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hanya saja, karena keterbatasan daya tampung, termasuk daya tampung Bandara Soekarno-Hatta tadi, maka dikhawatirkan jumlah wisatawan mancanegara tahun ini tidak memenuhi target, yakni 7,7 juta orang. Tercatat 164.000 wisatawan datang melalui Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.

Sangat jelas dan pasti bahwa kondisi bandara di negeri ini, khususnya Bandara Soekarno-Hatta yang menjadi pintu utama negeri ini, mendesak untuk dibenahi. Masalahnya, pemerintah baru mau mulai bergerak pada tahun 2012.

Dokumen Angkasa Pura menyebutkan, dibutuhkan dana Rp 8,7 triliun untuk pengembangan Bandara Soekarno-Hatta. Angka ini masih bisa berubah. Disebutkan, Bandara Soekarno-Hatta akan memiliki empat terminal penumpang dan satu terminal kargo. Serta ada sebuah gedung parkir berlantai empat dengan kapasitas menampung 20.000 unit kendaraan. Letaknya antara Terminal 1 dan Terminal 2, yang terkoneksi kereta.

Mengatasi lalu lintas penerbangan yang makin meninggi, seperti terlihat dari antrean pesawat yang hendak lepas landas dan mendarat, juga akan dibangun landasan pacu (runway) ketiga. Landasan pacu ini akan dibangun di sisi utara landasan pacu Terminal 2. Akan dibebaskan lahan seluas 300 hektar untuk Landasan Pacu 3 dan Terminal 4 itu.

Rencana induk pengembangan Bandara Soekarno-Hatta ini relatif mantap. Persoalannya, apakah pemerintah akan serius melaksanakannya? Pertanyaan dengan alasan kuat, karena sejauh ini RUU Pengadaan Lahan saja belum juga rampung. Ini jelas sebuah tantangan bagi DPR yang tidak juga melihat pentingnya RUU ini segera diselesaikan. Bukankah perluasan bandara ini memerlukan pembebasan lahan 300 hektar?

Investor asing sangat berminat masuk ke negeri ini. Hanya saja, terbentur kondisi infrastruktur yang minim. Pemerintah dan DPR saatnya untuk lebih serius. (Pieter P Gero)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com