Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa Anarkistis, Kepsek SMA 6 Diam

Kompas.com - 19/09/2011, 17:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Aksi pemukulan siswa SMA Negeri 6 Jakarta terhadap wartawan berujung panjang. Setelah sebelumnya juru kamera Trans7 jadi korban pemukulan, kini korban aksi brutal oknum siswa bertambah. Fotografer Kompas.com dan harian Seputar Indonesia ikut menjadi korban.

Yudistiro Pranoto, fotografer Seputar Indonesia, hanya bisa terbaring di Ruang UGD Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) setelah terjadi penyerangan oleh para siswa SMA 6 Jakarta. Penyerangan terjadi setelah upaya negosiasi antara para pewarta dan pihak sekolah terkait kasus pemukulan sebelumnya.

"Setelah negosiasi, kami keluar dari ruangan. Hasil negosiasi harus ada hukuman terhadap pelaku pemukulan dan penganiayaan, serta mengganti rugi alat-alat kameramen yang rusak. Itu disepakati sekolah," jelas staf Divisi Advokasi Pewarta Foto Indonesia, Robinsar Opak, saat ditemui RSPP, Jakarta Selatan, Senin (19/9/2011).

Setelah itu, para siswa langsung menyerang pewarta tersebut. Bukan cuma tangan kosong, mereka juga menghajar para pewarta. Siswa yang beringas tersebut menghajar dengan menggunakan, kayu, batu bata, bahkan senjata tajam. "Entah kenapa, kepala sekolahnya pun seperti melakukan pembiaran," ucapnya.

Akibat peristiwa tersebut, sejumlah wartawan mengalami luka akibat lemparan batu. Yudistiro yang dibawa ke rumah sakit tampak lemah dengan luka di bagian kepala, punggung, dan kaki. "Mungkin masih banyak teman-teman yang luka, tapi yang baru saya tahu hanya satu," ungkapnya.

Sementara itu, Banar Fil Ardhi, fotografer Kompas.com, pun mengalami luka berdarah di bagian wajah dan lengan karena dikeroyok para siswa. "Saya sama Roderick (fotografer Kompas.com) mau kirim foto di depan SMA, lalu ada anak SMA nyolot, teman-teman media tidak terima, lalu mereka mengejar kita. Saya lari ke arah Terminal Blok M," ujar Banar.

Ketika itu serangan datang tiba-tiba. "Usai dikejar pertama saya memotret, tapi reda, dan kami berkumpul lagi. Saya lalu membeli air minum, tiba-tiba dari dua arah para siswa mengejar kami lagi, saya terjatuh dan dikeroyok. Syukurnya ada warga dan teman yang menolong," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com