Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengungkap Makna Ground Zero

Kompas.com - 11/10/2011, 19:05 WIB
Ayu Sulistyowati

Penulis

KOMPAS.com — Tanggal 12 Oktober menjadi catatan khusus buat Pulau Dewata. Tanggal itu masuk dalam sejarah sembilan tahun lalu peristiwa ledakan di Kuta oleh Amrozi cs, yang disebut kawanan teroris.  

Ratusan wisatawan, terutama asing, dan warga sekitarnya menjadi korban ledakan bom yang diletakkan di dalam mobil sewaan Amrozi jenis Mitsubishi Colt L300. Selanjutnya, dua tahun setelah 12 Oktober 2002 itu berdirilah Monumen Tragedi Kemanusiaan yang biasa di sebut kawasan Ground Zero.  

Sejak berdiri monumen itu, keluarga korban dan pengunjung berdatangan untuk berdoa sejenak atau hanya datang untuk melihat-lihat, khususnya pada tanggal 12 Oktober setiap tahunnya.

Bahkan, sehari-hari pun ada saja wisatawan asing atau domestik yang sekadar berkunjung karena penasaran dengan lokasi ledakan itu.  

Kepala Kepolisian Sektor Kuta Ajun Komisaris I Gede Ganefo mengatakan, pihaknya tetap menjalankan penjagaan seperti biasa. Apalagi, Rabu besok adalah tanggal 12 Oktober yang biasanya kawasan sekitar menuju monumen ramai di datangi, sehingga, menurut Ganefo, pengamanan bisa ekstra tetapi tak terlalu ketat.

Hingga petang ini, Ganefo mengaku belum ada orang atau lembaga tertentu yang mengajukan izin menggelar acara doa atau sesuatu untuk mengenang ledakan bom 2002 itu di sekitar monumen. "Yang pasti, kami tetap harus waspada," tegas Ganefo.  

Mengenal monumen

Monumen itu bernama Monumen Tragedi Kemanusiaan Peledakan Bom 12 Oktober 2002 di Jalan Legian, Kuta. Beberapa bulan setelah peristiwa itu Pemerintah Kabupaten Badung membentuk Tim Pelaksanaan Penataan Kawasan Bekas Peledakan Bom di Jalan Lagian Kelurahan Kuta sesuai Keputusan Bupati Badung No 771 Tahun 2003 tanggal 7 Juli 2003.

Tim tersebut kemudian mendapat berbagai masukan dalam penataan kembali kawasan Kuta, termasuk pembangunan monumen pun bergulir. Monumen itu sebagai tanda kebangkitan Bali serta mewujudkan kesjahteraan dan perdamainan umat manusia di dunia, serta hormat menghormati (tat twam asi).

Maka, dari 17 desain monumen terpilihlah desain dari Ir Wayan Gomudha MT yang terbangun hingga saat ini. Bangunan diresmikan pada 12 Oktober 2004 ketika Bupati Badung dijabat AA Ngurah Oka Ratmadi (Ketua DPRD Bali sekarang).  

Lalu, apa makna dibalik bangunan itu? Berbagai unsur seperti altar, prasasti, tiang bendera, kayonan, tugu, tri kona nemu gelang, dan kolam. Itu semua ada makna dan artinmya.  

Altar berarti sebagai tempat sesaji dalam memberi penghormatan, prasasti memuat seluruh nama korban, tiang bendera menjadi penanda asal negara seluruh korban. Selanjutnya, kayonan (ukiran seperti gunungan dalam pewayangan) artinya kehendak yang seharusnya dikendalikan, tri kona nemu gelang (tembok berbentuk setengah lingkaran seperti gelang sebanyak tiga posisi) artinya simbol kehidupan. Sedangkan kolam yang berada di tengah itu berbentuk bulat dengan sembilan air mancur sebagai simbol kumbanda (roh).

Jadi harapannya, monumen itu mampu memancarkan kedamaian dan perdamaian ke seluruh penjuru mata angin....  

Sekadar mengingatkan, jumlah korban meninggal sebanyak 201 orang dari 22 negara, antara lain Indonesia, Australia, Inggris, hingga Taiwan. Korban terbanyak adalah Australia sebanyak 88 orang dan Indonesia 38 orang.  

"Jika tak ada bom Bali, mungkin Kuta tak tertata indah seperti sekarang...Ya, dulu, orang-orang seperti kesetanan berada di Kuta. Memakai baju minim ke sana-sini. Bahkan terasa tak ada malu. Sekarang, keadaan itu semakin berkurang dan semoga terus damai...," kata salah satu warga Kuta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com