Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suplai Listrik KRL Bogor Aman

Kompas.com - 18/10/2011, 03:13 WIB

Jakarta, Kompas - Penambahan gardu listrik di jalur kereta rel listrik Jakarta-Bogor pertengahan bulan ini diprediksi memenuhi kebutuhan listrik kereta di jalur itu hingga tahun 2015. Tapi, masih perlu banyak kesiapan untuk mendukung peningkatan daya angkut KRL 1,2 juta penumpang per hari.

Direktur Prasarana Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Arief Heryanto, Senin (17/10), mengatakan, peningkatan prasarana perkeretaapian di Jabodetabek dilakukan secara bertahap, antara lain, karena keterbatasan dana. ”Tahun ini, anggaran perbaikan prasarana perkeretaapian di Jabodetabek sekitar Rp 170 miliar,” ujarnya.

Namun, Arief mengakui ada berbagai persoalan prasarana perkeretaapian yang masih perlu ditingkatkan untuk menambah daya angkut KRL, misalnya persinyalan dan kondisi rel. Untuk kebutuhan pembangunan flyover atau underpass di persimpangan jalan dan rel, sebagian rencana pembangunan ada di pemerintah daerah, Kementerian Perhubungan, dan sebagian lagi di Kementerian Pekerjaan Umum.

Namun, tidak menutup kemungkinan pembangunan rel kereta layang untuk mengatasi pelintasan sebidang. ”Saat ini, sedang dilakukan studi tentang KRL Jabodetabek. Nantinya akan ada rekomendasi hal-hal yang perlu dilakukan,” kata Arief.

Gardu Bogor

Mulai 19 Oktober-29 November 2011, pekerjaan penambahan dan perbaikan gardu listrik di jalur Jakarta-Bogor akan dikerjakan. Saat ini, daya listrik yang tersedia di jalur itu 105.500 kilowatt (kw). Arief mengatakan, dengan peningkatan ini, daya listrik akan bertambah 22.000 kw menjadi 127.500 kw.

Direktur Operasi PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Hendri Anom mengatakan, penambahan daya ini bisa digunakan untuk menambah 32 perjalanan KRL di jalur tersebut.

Penambahan listrik ini sangat dibutuhkan karena PT KAI dan PT KCJ terus menambah jumlah kereta. Tahun ini, ada tambahan lebih dari 100 kereta. Dua set kereta yang baru didatangkan dari Jepang ini dijadwalkan beroperasi akhir November.

Rencananya akan ada penambahan perjalanan KRL pascaperbaikan gardu listrik, yakni dari 440 perjalanan per hari pada saat ini menjadi 462 perjalanan per hari. Namun, Hendri mengakui masih dibutuhkan penambahan listrik lagi untuk mencapai target pengangkutan penumpang 1,2 juta orang per hari.

Gardu baru yang akan dibangun mulai Rabu esok ada di Depok dengan daya 6.000 kw, Lenteng Agung (4.000 kw), Pasar Minggu (4.000 kw), Pasar Senen (4.000 kw), Cicayur (3.000 kw) serta Bojong Gede (4.000 kw sekaligus menggantikan gardu lama berdaya listrik 3.000 kw).

Tujuh gardu lain akan direhabilitasi, yakni gardu listrik Citayam, Cilebut, Kedung Badak, Jatinegara, Karet, Limo, dan Jurangmangu.

Selama proses perbaikan dan pembangunan gardu akan ada pengurangan daya listrik. Akibatnya, perjalanan KRL juga dikurangi selama 1,5 bulan.

Wakil Kepala Stasiun Bogor FS Budiman mengatakan, daya angkut KRL Bogor-Jakarta akan berkurang sekitar 10.000 penumpang per hari. Dari 29 perjalanan KRL yang dibatalkan, 14 di antaranya merupakan rute Bogor- Jakarta, sedangkan sisanya Jakarta-Bogor. Dari jumlah itu, 20 perjalanan dibatalkan total, sedangkan sembilan di antaranya hanya melayani Depok-Jakarta. Biasanya, rute Bogor-Jakarta terdapat 84 perjalanan KRL.

”Artinya ada pengurangan sekitar 16 persen perjalanan KRL. Daya angkut total itu sekitar 59.000 penumpang per hari. Sementara dari Stasiun Bogor rata-rata 35.000 orang terlayani,” tutur Budiman.

Menurut dia, masyarakat sebaiknya tidak memaksakan diri untuk tetap menggunakan KRL jika kapasitas kereta sudah penuh. Masyarakat bisa menggunakan moda transportasi lain.

Kepala Stasiun Cilebut Asep Dodi mengaku dampak terhadap penumpang di Stasiun Cilebut tidak akan terlalu parah karena pembatalan tidak berlangsung berturut-turut pada jadwal tertentu, tetapi terbagi dari pagi hingga malam. Dia optimistis penumpang dari Stasiun Cilebut akan tertampung.

Untuk jalur KRL lain, Arief mengatakan, pihaknya melakukan perbaikan dan penambahan gardu listrik pada kesempatan lain. ”Namun, karena frekuensi perjalanan KRL di jalur lain tidak sepadat jalur Bogor, itu tidak sampai membatalkan perjalanan,” katanya.

Ihwan (35), salah seorang penumpang KRL, menyesalkan pengurangan frekuensi perjalanan KRL itu. Namun, dia mengaku memilih tetap menggunakan KRL karena moda transportasi itu lebih cepat ketimbang menggunakan bus yang kerap terjebak kemacetan lalu lintas. (GAL/ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com