BOGOR, KOMPAS
Hal itu disampaikan Wakil Kepala Stasiun Bogor FS Budiman di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (31/10). Menurut dia, pada Rabu, Jumat, dan Minggu lalu perjalanan KRL sempat terganggu akibat pohon tumbang di pelintasan kereta menghalangi laju KRL di beberapa lokasi. Hari Jumat, keterlambatan KRL berlangsung rata-rata satu jam.
”Di pelintasan Bogor-Cilebut- Bojong Gede tak ada pohon besar yang rawan tumbang, tetapi di Jakarta, seperti Tanah Abang- Manggarai dan UI-Pasar Minggu, ada. Kalau di sana ada gangguan, imbasnya menyeluruh untuk rute Bogor-Jakarta,” katanya.
Selain ancaman pohon tumbang, petir juga berpotensi mengganggu sistem persinyalan KRL. Karena itu, ia meminta masyarakat bisa bersabar jika terjadi gangguan dan pihaknya siap mengantisipasi. Apalagi, kini masih berlangsung pengurangan frekuensi perjalanan KRL akibat pengerjaan gardu induk listrik untuk pasokan energi KRL di Kedung Badak, Kota Bogor.
”Walaupun dijadwalkan selesai pada 31 Oktober untuk Kedung Badak, tetapi karena masih harus melanjutkan perbaikan gardu induk Cilebut dan Citayam, jadi enggak bisa dinormalkan operasi KRL. Jadi akan berlangsung hingga 29 November,” tutur Budiman.
Menurut dia, saat ini penumpang KRL sudah mulai kembali ke kebiasaan semula sebelum ada pengurangan 29 perjalanan KRL Bogor-Jakarta dan Jakarta-Bogor. Pada pekan pertama sempat ada penurunan jumlah pengguna KRL ekonomi dari 16.000 menjadi sekitar 13.000. Namun, jumlah pengguna kini kembali 16.000 orang. Sementara
Sementara itu, Norbert Kneifel, supervisor proyek dari Siemens Jerman, memperkirakan, pengerjaan gardu induk listrik Kedung Badak baru bisa selesai Kamis. Namun, pihaknya masih harus menguji coba beberapa hal teknis. Kendati begitu, ia menolak jika disebut pengerjaan itu mundur dari jadwal Ditjen KA yang menargetkan pengerjaan Kedung Badak selesai 31 Oktober, lalu disambung Cilebut (3-15 November) dan Citayam (17-29 November).
”Jadwal kami semua pekerjaan selesai dalam enam minggu,” tuturnya. Ia menambahkan, pihaknya sedikit kesulitan pada awal pengerjaan gardu Kedung Badak karena harus melatih tenaga kerja lokal dahulu.