Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama Masih Ada Ranjau Paku...

Kompas.com - 02/11/2011, 10:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Selama ini para pengguna jalan, terutama pemilik sepeda motor, dipusingkan dengan maraknya tebaran paku di beberapa ruas jalan di Ibu Kota. Mereka akan semakin emosional saat ban sepeda motornya terkena ranjau paku di waktu malam hari, apalagi saat hujan.

Kejengkelan para pemilik sepeda motor akan semakin mendidih saat mendatangi tukang tambal ban terdekat, tukang tambal ban itu ternyata tidak mau menambal dengan alasan ban dalam yang terkena paku sudah tidak mungkin ditambal lagi. Sebagai gantinya, tukang tambal ban itu biasanya akan menawarkan ban dalam seharga Rp 35.000-Rp 45.000. Padahal, kualitas ban dalam itu hampir bisa dipastikan "abal-abal".

Kondisi semacam itu mengundang keprihatinan segelintir warga Ibu Kota yang masih memiliki hati nurani dan kepedulian terhadap nasib sesama. Salah satunya, Abdul Rohim (42). Warga Jalan Pedongkelan RT 10 RW 13, Cengkareng, Jakarta Barat, itu bersama empat temannya secara spontan membentuk Saber Community. Artinya, komunitas sapu bersih ranjau paku.

"Kami tidak sengaja bertemu. Ketemunya di jalan, kok. Kami ngobrol-ngobrol, tanya alamat masing-masing, tukar nomor telepon. Lalu, berangkat dari keprihatinan yang sama akan nasib sesama, terutama para pengendara sepeda motor, kami membentuk Saber Community," kata Rohim kepada Kompas.com, Rabu (2/11/2011).

Ayah empat anak yang sehari-hari berprofesi sebagai sopir di sebuah perusahaan swasta itu mengatakan, komunitas yang dibentuknya itu tidak mempunyai base camp tetap. Karena masing-masing memiliki visi dan misi yang sama, tempat bukan menjadi kendala untuk berbuat. "Kadang di rumah saya, kadang di rumah anggota yang lain," katanya.

Seiring berjalannya waktu, kata Rohim, anggota Saber bertambah lagi menjadi delapan orang. Itu belum termasuk para simpatisan yang jumlahnya mencapai sekitar 20 orang.

Profesi anggota Saber beragam mulai dari sopir, tukang ojek, buruh, hingga karyawan kantoran.

Kiprah Saber Community semakin diperhitungkan setelah profil mereka dimuat di harian Warta Kota beberapa minggu lalu. Apalagi, di artikel tersebut juga dicantumkan alamat dan nomor telepon sehingga semakin banyak pengaduan dari warga yang melaporkan adanya ranjau paku.

Wartawan Warta Kota, kata Rohim, sempat mengingatkan, sebaiknya jangan mencantumkan alamat dan nomor telepon karena menyangkut keselamatan anggota Saber. "Tapi saya bilang tidak apa-apa, saya siap menghadapi segala risiko," katanya.

Komunitas yang dibentuk pada 5 Agustus 2011 itu, kata Rohim, rutin melakukan aksinya pada malam hari bersama-sama sepulang dari bekerja. Rutenya, Daan Mogot, Grogol, Roxy, Cideng, Sesneg, Senen, dan Galur. Pengaduan juga datang dari Jakarta Utara, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan. Meski demikian, Komunitas Saber, kata Rohim, belum mampu menanganinya karena keterbatasan anggota.

Selain malam hari, mereka juga menyapu ranjau paku pada pagi hari sebelum berangkat kerja. Sementara di pagi hari penyapuan ranjau paku dilakukan sendiri-sendiri.

Peralatan yang digunakan, kata Rohim, sangat sederhana, yaitu menggunakan lempengan magnet yang diikatkan di kayu, kemudian ditarik dengan tali menggunakan sepeda motor.

Sebelum ada gembar-gembor soal ranjau paku, sekali jalan setiap malam mereka bisa mengumpulkan 3-6 kilogram paku dengan berbagai ukuran. "Ternyata masing-masing kawasan beda-beda ukuran pakunya. Untuk Roxy, ukuran pakunya 3-4 sentimeter. Galur 2 cm,  Sesneg 4 cm," katanya.

Rohim mengatakan, paku-paku tersebut kemudian dikumpulkan untuk keperluan dokumentasi. Tentu suka-duka juga mereka alami. Misalnya, saat menjalankan aksinya, ada saja warga yang memberi uang sekadar untuk membeli minuman. Banyak juga yang memberikan simpatinya.

Sementara tak jarang mereka juga menghadapi kenyataan pahit, misalnya menghadapi para pengguna jalan yang tidak sabaran, main selonong, bahkan makian saat mereka menyapu ranjau.

Akan sampai kapankah Komunitas Saber beroperasi? "Selama masih ada ranjau paku, selama itu pula Komunitas Saber eksis," kata Rohim, tegas.

Bahkan, Rohim mengaku pernah dua kali mengalami ancaman dari orang yang tak dikenal. Waktu itu ada dua orang mengendarai sepeda motor, dua-duanya memakai helm. "Tiba-tiba, yang membonceng menendang saya. Saya tantangin sekalian. Yang membonceng sempat turun, tapi kemudian naik lagi lalu kabur," kata pria kelahiran Banten, 14 Agustus 1969 itu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com