Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembunuh Terinspirasi "Video Game" dan Film Porno

Kompas.com - 02/11/2011, 17:59 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tersangka pembunuh ibu dan anak di Koja, Jakarta Utara, diduga terpengaruh kekerasan dan tindakan asusila pada video game dan film porno.

Rahmat Awivi (25), pembunuh ibu dan anak di Koja, Jakarta Utara, tega menghabisi nyawa kekasih gelapnya, Hertati, dan anak Hertati, Eryanti Sari (6), pada 14 Oktober 2011. Jasad Hertati kemudian dibungkus dalam koper dan dibuang di Koja, Jakarta Utara. Adapun tubuh S yang tak bernyawa dimasukkan dalam kardus dan dibuang di Cakung, Jakarta Timur.

Akibat perlakuan sadis tersangka, polisi kemudian meneliti gangguan kejiwaan yang dimiliki pria asal Lampung itu. Setelah diteliti, Rahmat memiliki potensi berperilaku kasar dan memiliki hasrat seksual tinggi akibat kecanduan terhadap video game dan film porno.

Kepala Bagian Psikolog Biro Sumber Daya Manusia Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Arif Nurcahyo mengatakan, dari hasil pemeriksaan tim psikolog Polda Metro Jaya, kondisi kejiwaan Rahmat secara keseluruhan normal. "Dia sadar apa yang dia lakukan, dia bisa berkomunikasi dengan baik dan mengerti ruang spasial," ujar Nurcahyo di kantornya, Rabu (2/11/2011).

Meski normal, Rahmat memiliki dunia sendiri yang dia dapatkan dari pengalaman di dunia maya sejak kecil. Nurcahyo mengatakan, sejak kecil Rahmat sudah kecanduan video game. Ketika beranjak dewasa, Rahmat juga mulai mengenal film dewasa.

Dunia maya yang memberikan kesenangan bagi Rahmat itu diwujudkannya dalam dunia nyata saat ia dewasa dan mengenal Hertati. "Dia sudah kecanduan video porno, sampai tidak tahan kalau sehari saja dia enggak nonton. Dia pun melakukan pengalamannya pertama dengan korban," tutur Nurcahyo.

Namun, Rahmat tidak siap dengan tanggung jawab yang harus diembannya ketika melakukan hubungan intim. Dia hanya menjiplak apa yang ia lihat di dalam video porno. Ketika Hertati meminta tanggung jawab anak hasil hubungan gelap mereka, Rahmat tidak siap. Rahmat pun mengambil jalan pintas dengan menghabisi korban dan anaknya.

"Dia pokoknya enggak punya pikiran panjang dalam menyelesaikan masalah. Dari video game itu, dia belajar kekerasan dan bisa sampai membunuh korban dan anaknya sampai tewas," kata Nurcahyo.

Ia memaparkan, pengaruh video game dan film porno ini berada di bawah alam sadar Rahmat. Video game dan film porno ini mampu membentuk karakter seseorang. Terlebih Rahmat juga tidak memiliki tuntunan yang baik dari kedua orangtuanya sejak kecil. Sejak masih duduk di kelas 2 SD di Lampung, Rahmat hidup bersama ayahnya yang nelayan dan sering pergi bekerja di Makassar, Sulawesi Selatan. Adapun ibunya meninggalkan ayah Rahmat untuk menikah lagi dengan pria lain di Jakarta.

"Dia ini tidak memiliki sejarah kekerasan dan perilaku seksual menyimpang selama hidupnya. Hanya keluarga yang broken home membuat dia tidak mendapat norma-norma sosial yang bisa dijadikan pegang dia sampai dewasa," kata Nurcahyo.

Selama pemeriksaan, kata Nurcahyo, Rahmat juga tampak tenang. Tidak ada raut penyesalan di mukanya. Rahmat memang menyatakan rasa penyesalannya, tapi itu tidak ditunjukkan dari sikapnya selama pemeriksaan.

Berdasarkan pengakuan Rahmat, pria itu mengungkapkan bahwa seusai membunuh korban dan anak korban, rasa takut lebih kuat daripada penyesalan kehilangan orang yang disayanginya. "Enggak ada menyesal, dia bilang hanya takut ketahuan makanya mayat itu dibuang di tempat terpisah," ujar Nurcahyo.

Ide membuang mayat di dua tempat terpisah dengan dibungkus kardus dan koper serta menyertakan petunjuk semu berupa foto bocah laki-laki dan kartu nama untuk menipu polisi menunjukkan bahwa Rahmat sebenarnya cerdas dan tenang dalam melancarkan aksinya. Penyidik sempat kaget karena Rahmat mengaku baru pertama kali membunuh, tapi sangat rapi dalam menghilangkan jejak dan begitu terencana.

Berdasarkan pengakuan Rahmat, dirinya mendapat ide mengelabui polisi setelah membaca berita di media massa. Rahmat mengaku senang baca berita kriminal sehingga menyiapkan cara mengelabui polisi.

Kini Rahmat masih ditahan di sel tahanan Polda Metro Jaya. Dalam pengakuannya kepada para wartawan, Rahmat hanya mengaku kesal dengan permintaan Hertati untuk bertanggung jawab atas janin berusia tiga minggu yang dikandung Hertati. Ia terpaksa membunuh anak korban karena melihat aksi Rahmat membunuh ibunya. Tidak hanya itu, sebelum kedua korban dibunuh, Rahmat sempat memaksa keduanya melakukan hubungan intim dan sodomi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com