Dalam diskusi terbatas sejumlah wartawan Indonesia di Tokyo hari Kamis (10/11) dengan jajaran direksi PT MRT Jakarta dan pengurus Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mengemuka hal tersebut, seperti dilaporkan wartawan Kompas
Ketua MTI Prof Danang Parikesit mengemukakan, dibutuhkan bus pengumpan ke stasiun- stasiun tempat pemberhentian mass rapid transit (MRT).
”Jadi, integrasi sistem transportasi umum dengan sistem MRT menjadi penting,” kata
MRT tahap pertama akan dibangun dari depo Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia (HI) sejauh 15,7 kilometer dan akan berhenti di 13 stasiun, di atas maupun di bawah tanah.
Menurut Agus Pambagio, juga dari MTI, setelah tersedia MRT yang nyaman dan harganya terjangkau, harus dilakukan rekayasa sosial agar pengguna mobil pribadi mau berpindah untuk menggunakan MRT.
Salah satu hal yang bisa membuat penumpang pindah adalah besarnya tarif parkir.
”Tarif parkir di depo harus lebih murah dibandingkan dengan tarif di tengah kota agar pengendara mobil pribadi mau berpindah ke MRT,” kata Agus Pambagio.
Dalam desain yang disiapkan PT MRT Jakarta, penyediaan fasilitas pendukung, seperti tempat parkir, jalur pejalan kaki, trotoar yang nyaman, serta taman yang memadai, akan membuat warga yang tinggal di sekitar MRT
Sistem MRT juga harus terintegrasi dengan pusat-pusat aktivitas publik, baik perkantoran, komersial, maupun komersial. Koneksi yang nyaman antara stasiun MRT dan pusat perbelanjaan atau perkantoran, seperti di Singapura, Jepang, dan Hongkong, akan menjadi pembeda dan memberikan kenyamanan.