Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MRT Bukan Solusi Tunggal

Kompas.com - 11/11/2011, 04:14 WIB

Tokyo, Kompas - Sistem mass rapid transit yang akan dioperasikan di Jakarta pada November 2016 bukanlah solusi tunggal untuk mengurai kemacetan di Jakarta. Diperlukan pendekatan lebih menyeluruh untuk mengurangi kemacetan tersebut, termasuk rencana induk penanganan transportasi Ibu Kota.

Dalam diskusi terbatas sejumlah wartawan Indonesia di Tokyo hari Kamis (10/11) dengan jajaran direksi PT MRT Jakarta dan pengurus Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mengemuka hal tersebut, seperti dilaporkan wartawan Kompas Budiman Tanuredjo.

Ketua MTI Prof Danang Parikesit mengemukakan, dibutuhkan bus pengumpan ke stasiun- stasiun tempat pemberhentian mass rapid transit (MRT).

”Jadi, integrasi sistem transportasi umum dengan sistem MRT menjadi penting,” kata Danang.

MRT tahap pertama akan dibangun dari depo Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia (HI) sejauh 15,7 kilometer dan akan berhenti di 13 stasiun, di atas maupun di bawah tanah.

Menurut Agus Pambagio, juga dari MTI, setelah tersedia MRT yang nyaman dan harganya terjangkau, harus dilakukan rekayasa sosial agar pengguna mobil pribadi mau berpindah untuk menggunakan MRT.

Salah satu hal yang bisa membuat penumpang pindah adalah besarnya tarif parkir.

”Tarif parkir di depo harus lebih murah dibandingkan dengan tarif di tengah kota agar pengendara mobil pribadi mau berpindah ke MRT,” kata Agus Pambagio.

Dalam desain yang disiapkan PT MRT Jakarta, penyediaan fasilitas pendukung, seperti tempat parkir, jalur pejalan kaki, trotoar yang nyaman, serta taman yang memadai, akan membuat warga yang tinggal di sekitar MRT bisa ikut merasakan langsung manfaatnya.

Sistem MRT juga harus terintegrasi dengan pusat-pusat aktivitas publik, baik perkantoran, komersial, maupun komersial. Koneksi yang nyaman antara stasiun MRT dan pusat perbelanjaan atau perkantoran, seperti di Singapura, Jepang, dan Hongkong, akan menjadi pembeda dan memberikan kenyamanan.

Tanpa MRT, perjalanan dari Lebak Bulus-Bundaran HI dengan mobil pribadi bisa mencapai 1,5 jam. Namun, dengan MRT, waktu tempuh sekitar 30 menit. Jarak antara satu kereta dan kereta lain adalah 5 menit.

Direktur Utama PT MRT Jakarta Tribudi Rahardjo mengatakan, MRT Lebak Bulus-Bundaran HI akan mengangkut 405.000 orang per hari setelah 10 tahun beroperasi. Sementara pada tahun pertama, MRT diproyeksikan akan mengangkut 174.000 orang. Pada tahun ke-20, jumlah penumpang terangkut naik menjadi 480.000 orang per hari.

Empat langkah

Danang mengemukakan, kendati ada MRT, tetap perlu ada penataan angkutan umum secara menyeluruh. Ia menambahkan, ada empat langkah yang diharapkan bisa mengurai kemacetan Jakarta.

Pertama, mengurangi perjalanan dengan menggunakan teknologi informasi. ”Itu akan mengurangi 25 persen kemacetan Jakarta,” kata Danang. Kedua, perjalanan yang tambah jauh karena orang tinggal di luar kota harus diatasi dengan mendekatkan lokasi perumahan ke pusat-pusat angkutan umum.

Ketiga, pilihan angkutan, termasuk upaya mengurangi kendaraan pribadi dengan berbagai kebijakan. Keempat, manajemen lalu lintas harus mengatur arus lalu lintas agar lancar, misalnya dengan memasang portal atau penertiban parkir di pinggir jalan.

”Itu semua membutuhkan rencana induk penanganan transportasi Jakarta dan sekitarnya, termasuk di dalamnya otoritas yang menangani lalu lintas angkutan Jakarta,” kata Danang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com