BENNY D KOESTANTO
Direktur Utama Bumiputera Dirman Pardosi menilai 100 tahun Bumiputera sebagai momen perbaikan diri. Bangkit lagi.
”Kami melihat ke belakang sekaligus ke depan. Umur yang tua tidak bisa dijadikan alasan untuk mundur atau terpuruk. Justru menimba semangat lebih dari perjalanan sebelumnya untuk maju dan menjangkau capaian-capaian lain di masa depan,” kata Dirman di Jakarta, Jumat (2/12).
Bumiputera mengundang perwakilan beberapa media massa, termasuk Kompas, untuk berdiskusi khusus dalam kelompok. Ia didampingi Direktur Sumber Daya Manusia Bumiputera Nirwan Daud dan Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan Bumiputera Ediani Noegrohowati.
Dirman mengaku tetap optimistis menghadapi persaingan yang semakin ketat, tak hanya dengan asuransi nasional, tapi juga asuransi asing yang semakin banyak jumlah dan ragam produknya. Selain tetap fokus dengan pasar asuransi di masyarakat kelas menengah ke bawah, Bumiputera juga akan menggarap masyarakat kelas menengah ke atas, baik untuk pasar ritel maupun korporasi.
”Bolehlah kita belajar dari ilmu padi, semakin merunduk dan berisi, asal tidak kemudian sakit punggung karena osteoporosis. Tapi, kita juga ingin seperti keladi, makin tua semakin menjadi dalam arti positif,” kata Dirman.
Didirikan di Magelang, Jawa Tengah, Bumiputera awalnya adalah wadah Persatuan Guru-guru Hindia Belanda untuk mengayomi nasib guru-guru bumiputera (pribumi). Salah satu kekuatannya adalah kepemilikan dan bentuk perusahaan yang unik.
Namun diakui Dirman, ciri khas itu tidak cukup menjadikan Bumiputera terus disegani di perasuransian. Mengaku telah berbenah sejak penambahan perusahaan asuransi baru tahun 1980-an, pangsa pasar Bumiputera cenderung turun lebih dari 50 persen di era itu menjadi kurang dari 10 persen saat ini dengan total 5,8 juta pemegang polis.
Berikut petikan wawancara tentang pandangan dan langkah-langkah strategis Dirman bersama Bumiputera jelang perayaan 100 tahun.