Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Pilot Mahal

Kompas.com - 09/12/2011, 04:25 WIB

Jakarta, Kompas - Biaya sekolah-sekolah pilot yang berstatus swasta dinilai sangat mahal dengan kisaran di atas Rp 500 juta untuk pendidikan selama satu hingga 1,5 tahun. Selain itu, tidak banyak tersedia beasiswa bagi siswa di sekolah-sekolah pilot swasta.

Rully Herdyanto, anggota staf Deraya Flying School, mengatakan, biaya pendidikan pilot selama 16-18 bulan berkisar Rp 502 juta. Ketika menjalani pendidikan teori di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, siswa tidak masuk asrama. Sementara praktik penerbangan dilakukan di Solo dan siswa membutuhkan asrama.

Tingginya biaya pendidikan terutama adalah untuk bahan bakar dan biaya perawatan pesawat yang ditanggung siswa. Meski demikian, sekolah memberikan keringanan pembayaran dengan cara mencicil hingga empat kali.

Nur Hidayat, Wakil Direktur Jakarta Pilot School, mengatakan, biaya pendidikan calon pilot di Jakarta Pilot School sekitar

55.000 dollar AS (Rp 500 juta) hingga selesai.

Dewi dari Nusa Flying International menjelaskan, siswa tetap perlu membayar biaya setidaknya 28.000 dollar AS (sekitar Rp 251 juta) untuk mendapat private pilot licence (PPL). Siswa yang sudah memiliki PPL direkrut beberapa perusahaan penerbangan yang menawarkan ikatan dinas dan menanggung biaya pendidikan hingga lulus.

Adapun Proflight Pilot School yang baru dibuka tahun 2011 mematok biaya pendidikan Rp 560 juta untuk belajar selama 15 bulan di Jakarta dan Cirebon. Kristofel Antonio, Chief Administrative Proflight Pilot School, mengatakan, latihan penerbangan tidak bisa dilakukan di Jakarta karena lalu lintas penerbangan yang padat. Sekolah pilot yang berada di Jakarta umumnya melaksanakan latihan terbang di luar Jakarta.

Ditanggung pemerintah

Sukarwoto, Kepala Subbagian Rumah Tangga dan Hubungan Masyarakat Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, Tangerang, mengatakan, biaya pendidikan sekolah pilot di STPI Curug relatif murah, berkisar Rp 45 juta untuk program diploma II, karena biaya bahan bakar dan biaya perawatan pesawat ditanggung pemerintah.

”Dulu sebelum reformasi bisa benar-benar bebas biaya karena ada mekanisme ikatan dinas. Sekarang tidak ada lagi,” kata Sukarwoto.

Setiap tahun, STPI Curug hanya mampu menghasilkan 120 pilot berlisensi commercial pilot license (CPL) yang sudah siap pakai. Adapun tahun 2009-2010 dihasilkan 180 pilot. Padahal, peminatnya mencapai 592 orang untuk tahun ini saja.

Sukarwoto mengatakan, kebutuhan terhadap pilot sangat tinggi seiring dengan bertambahnya armada pesawat baru. Mayoritas lulusan STPI juga sudah diincar maskapai penerbangan domestik, seperti Garuda dan Lion Air. Dalam dua tahun pendidikan, siswa telah mengantongi 1.800 jam terbang. ”Tinggal latihan sedikit untuk beradaptasi dengan pesawat jenis Fokker, Boeing, atau Airbus,” ujarnya. (ELN/LUK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com