Simpati untuk Sondang

DEPOK, KOMPAS.com — Setelah diketahui pelaku pembakaran diri adalah Sondang Hutagalung (22), beberapa orang yang mengenalnya menyampaikan simpati.

Wenri Wanhar, penulis buku, jurnalis, sekaligus senior Sondang di Universitas Bung Karno (UBK), terkesan dengan pribadi Sondang. "Sejak awal dia masuk kuliah, aku masih di kampus. Tetapi, tak lama kemudian sibuk dengan aktivitas jurnalistik dan hanya sesekali ke kampus. Di antara kawan seangkatannya, Sondang termasuk anak yang baik," tutur Wenri, Sabtu (10/12/2011).

Menurut Wenri, Sondang adalah sosok yang tidak "neko-neko", pandai berkawan, bisa menghargai keadaan dan lingkungan. Dia sering menjadi buah bibir kawan-kawan karena pembawaannya yang sopan. "Khas tipikal aktivis kerakyatan yang betul-betul menghargai nilai-nilai kemanusiaan," kata Wenri, penulis buku Gedoran Depok.

Wenri kemudian mengirim pesan berikut: Stop berdebat, tentang siapa yang bakar diri, apa profesinya, apa tujuannya, apa sukunya, apa agamanya karena sudah jelas ia salah satu dari rakyat Indonesia yang marah dan tak lagi percaya kepada orang dan lembaga pemerintah!

Stop berdebat, tentang apa maksud dan tujuannya. Karena ia telah memilih Istana sebagai tempat membakar diri dan itu berarti ia menunjukkan satu hal yang pasti bahwa ia tahu dan yakin orang di dalam istana itulah sumber masalah dan deritanya.

Stop berdebat, tentang apa yang harus dilakukan karena kita tahu ketika ada orang luka, menderita, meregang nyawa, maka datanglah sebagai wujud simpati dan belasungkawa.