Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prijanto: Saya Tidak Ingin Munafik dan Jadi Kontroversi

Kompas.com - 25/12/2011, 19:17 WIB
Windoro Adi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Berikut ini adalah hasil wawancara Wakil Gubernur DKI Jakarta Priyanto, oleh sejumlah wartawan perihal pengunduran dirinya dari jabatan wakil gubernur. Prijanto ditemui dalam dua kesempatan, Minggu (25/12/2011), yakni di rumahnya, Jalan Otista 3, Kebon Nanas, Jakarta Timur, dan di Jalan Denpasar, Kuningan.

Benarkah Anda sebenarnya sudah lama ingin mengundurkan diri?

Sudah ada beberapa media massa yang pernah menulis, saya sebenarnya mau mundur sudah sejak lama. Sebagai pejabat saya harus jujur, itu benar. Saya tidak mau munafik, ngomongnya A, tapi kelakuan B. Enggak klop antara omongan dengan tindakan, itu tidak baik. Di dalam Islam, itu disebut munafik.

Mengapa Anda tidak mundur ketika itu?

Sebab ketika itu ada dua kelompok yang menyetujui dan tidak menyetujui saya mundur. Yang satu bilang setuju. Malah ada embel-embelnya "Bapak ini terlampau sabar". Itu yang bilang antara lain para senior saya, para pakar, dan pengamat politik. Kelompok lain bilang, jangan. Pak Pri enggak boleh mundur. Pak Pri masih bermanfaat. Saya akhirnya enggak jadi mundur. Memang pekerjaan saya jarang dipublikasikan. Sayapun jarang keluar. Saya jarang gendong-gendong anak yatim piatu, difoto masuk surat kabar. Itu enggak pernah. Apa yang saya kerjakan bisa anda baca di buku saya. Bagaimana saya harus meluruskan barang yang bengkok, banyaklah. Begitu ceritanya. Nah di akhir-akhir ini, saya menilai tampaknya jabatan saya sudah tidak berarti lagi sebagai wakil gubernur. Saya ini prajurit. Saya bekerja bukan karena sesuap nasi. Saya bekerja untuk masyarakat. Secara lisan sebenarnya saya sudah bilang ke Pak Mendagri, saya mundur dari jabatan Wagub.

Kapan Anda menyampakan niat pengunduran diri itu?

Saya diberi waktu menghadap Mendagri 10 November sekitar pukul 14.00 atau 15.00. Tapi terus batal, karena bapak Mendagri dipanggil Wapres. Akhirnya tanggal 11 November pukul 10.00 pertemuan disepakati. Saat mau berangkat, saya menerima informasi, pertemuan diundur pukul 11.00.  Tanggal 11 bulan 11 tahun 2011, pukul 11.00, saya sudah berada di ruangan Pak Mendagri. Saya berkata pada Pak Mendagri, "Baik pak, waktu ini sangat bagus". Saya anggap bagus karena waktunya pas dengan waktu kelahiran anak saya yang kedua, perempuan.

Anda datang ke Mendagri karena kecewa terhadap sikap Gubernur Fauzi Bowo?

Jangan dulu ngomong soal kecewalah. Saya lanjutkan dulu crita saya. Saya tanya ke Pak Mendagri, bagaimana prosedur pengunduran diri saya? Beliau menjawab, "Tolong dipikirkan masak-masak dulu untung dan ruginya. Pak Mendagri kemudian menjelaskan prosedur pengunduran diri saya. Saya jawab, "Baik pak". Saya mengirim surat ke Mendagri tanggal 23 Desember 2011. Mengapa pada tanggal tersebut? Agar saya mudah mengingatnya. Satu hal yang ingin saya tekankan, pengunduran diri saya pasti ada yang mengulas, mengkritisi, mengomentari. Wah, Prijanto cari sensasi. Prijanto membuat opini dia didholimi dan lain sebagainya dalam konteks pilkada. Sesungguhnya saya katakan, pengunduran diri saya tidak ada hubungannya sama sekali dengan pilkada. Pengunduran diri saya demi kebaikan semua pihak, termasuk Pak Fauzi Bowo.

Jadi Anda kecewa terhadap Pak Fauzi?

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com