DEPOK, KOMPAS.com - Merebaknya penyakit chikungunya di Kota Depok, Jawa Barat, memunculkan pertanyaan di mana peran jumantik (juru pemantau jentik)?
Mereka ini seharusnya ada di setiap lingkungan untuk mengontrol kesehatan pemukiman warga. Kehadiran jumantik diharapkan juga dapat mengurangi tempat berkembangnya nyamuk, sebagai media penularan chikungunya.
Apalagi, di Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Kota Depok yang menjadi tempat perkembangan chikungunya saat ini, dikenal sebagai wilayah endemis demam berdarah dengeu (DBD). Mestinya para jumantik bekerja lebih keras, sehingga sarang nyamuk dapat dikurangi.
"Petugas jumantik sudah ada di setiap lingkungan. Mereka sudah bekerja mengawasi lingkungan, agar tidak ada sarang nyamuk. Namun ini tidak mudah, karena menyangkut kebiasaan hidup warga," kata Mutmainah Kepala Puskesmas Limo, Kota Depok, Kamis (5/1/2012).
Walaupun sudah ada jumantik, warga seharusnya sadar dengan sendirinya bahwa sarang nyamuk tidak boleh dibiarkan di lingkungannya.
Ketua RT 04 /RW 08 Kelurahan Grogol, Norman, mengatakan, jumantik belum bekerja maksimal. Ketika tidak ada penyakit menular yang merebak, mereka nyaris tidak bekerja.
"Tidak ada pekerjaan yang dilakukan jumantik ketika tidak ada penyekit merebak," kata Norman.
Penyebaran penyakit chikungunya di Kelurahan Grogol, terus bertambah. Penyakit ini juga menyerang sebagian warga yang tinggal di Kecamatan Tanah Baru dan Kecamatan Pancoran Mas. Sedikitnya, 200 warga terserang chikungunya, hingga menyebabkan warga mengalami kelumpuhan sementara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.