Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kegelisahan terhadap HIV/AIDS

Kompas.com - 06/01/2012, 10:19 WIB

Penulis: Dwi As Setianingsih

Bergaul dengan pekerja seks komersial, kaum homoseksual, dan kelompok-kelompok rentan terinfeksi HIV/AIDS lainnya tak membuat Bagus Rahmat Prabowo ”gentar”. Kegelisahan semakin menyebarnya HIV/AIDS membuat Bagus tak pernah bosan, apalagi menyerah menggeluti isu HIV/AIDS.

Sejak duduk di bangku kuliah di Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, Bandung, Bagus memang sudah aktif mendedikasikan diri sebagai relawan, terutama untuk masalah kesehatan reproduksi. Bersama teman-temannya sesama mahasiswa kedokteran, Bagus kerap memberi ceramah di SMA-SMA di Bandung untuk menyosialisasikan kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Aktivitas itu dilakoninya selama lima tahun hingga dia meraih gelar dokter.

Setelah bergelar dokter, Bagus mendapat tawaran mengelola klinik Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) di kawasan ”lampu merah” Saritem, Bandung (tahun 1995-2000-an). Tugasnya mencari tahu angka prevalensi Infeksi Menular Seksual (IMS) di Bandung. ”Saat itu di Saritem ada 400 pekerja seks komersial (PSK). Kalau satu PSK punya pelanggan lima saja, bayangkan berapa banyak orang yang berpotensi terinfeksi,” kata Bagus.

Di klinik itu, awalnya Bagus lebih banyak berhubungan dengan PSK. Dia rela mengetuk setiap pintu di lokalisasi tersebut untuk memperkenalkan sekaligus mengajak para PSK ”masuk” klinik. Bukan hal mudah. Penolakan dan cibiran kerap datang padanya. Beruntung, dia banyak mendapat bantuan dari petugas rukun tetangga dan rukun warga setempat. ”Tanpa bantuan mereka, saya pasti kesulitan,” ujarnya.

Demi usahanya ”menggaet” para PSK itu, Bagus sampai pernah mendirikan tempat pemeriksaan di tengah lokalisasi. Ini dilakukan agar para PSK tidak merasa dipaksa memeriksakan diri dan masuk klinik. ”Kalau masuk klinik, kan, kesannya sakit,” kata Bagus.

Klinik itu kemudian juga menjangkau kelompok-kelompok rentan IMS, seperti homoseksual dan masyarakat umum. ”Jadi, populasi berisiko kumpul di situ. Akhirnya enggak hanya IMS, tapi juga HIV/AIDS,” terang Bagus.

Pada posisi itu Bagus mendapat tantangan dari orangtuanya. Aktivitasnya yang dekat dengan PSK dan kaum homoseksual dikhawatirkan membuat Bagus dinilai ”cacat moral”. Namun, Bagus teguh. Tekadnya bulat. Kesadaran bahwa HIV/AIDS bukan hanya masalah satu orang, melainkan dapat berimbas pada banyak orang lainnya, membuat dia tak bergeming. ”Akhirnya mereka mengerti,” kata Bagus.

Dukungan besar datang dari sang istri. Meski aktivitas Bagus cukup berisiko, tak pernah ada kata curiga dari sang istri. ”Istri saya justru mungkin adalah istri paling aman di dunia. Bagaimana tidak? Kalau saya macam-macam, kan, gampang sekali ketahuan,” kelakar Bagus. Padahal, bukan hanya sekali dua kali godaan datang. Bagus tetap tak goyah. Tak tebersit keinginan untuk merusak apa yang telah susah payah dibangunnya sejak awal.

Masalah sosial

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com