Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Ciujung Bisa Tak Berujung

Kompas.com - 18/01/2012, 03:12 WIB

Tanah nyaris gundul di sepanjang wilayah sungai, erosi hebat saat hujan, sungai mendangkal karena sedimen, dan permukiman memadat di bantaran merupakan faktor penyebab bencana banjir di Daerah Aliran Sungai Ciujung, Banten.

Kondisi kritis ini bila tak teratasi akan terus memicu banjir di enam kabupaten sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung tiap musim hujan. Genangan kian meluas jika minimnya tutupan vegetasi pada lahan di hulu dan pendangkalan sungai tak ditanggulangi.

Kabupaten/kota langganan banjir di Banten adalah Lebak, Pandeglang, Serang, Cilegon, dan Tangerang. Tol Jakarta-Merak tercatat tujuh kali dilanda banjir sejak tahun 1996.

Demikian uraian pakar hidrometeorologi, Sutopo Purwo Nugroho, yang juga Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Indikator kekritisan

Laju sedimentasi Sungai Ciujung 2,5 mm per tahun. Kriteria DAS berkondisi buruk, laju sedimentasi lebih dari 2 mm per tahun. DAS Ciujung juga memiliki Indeks Penutupan Lahan Permanen yang rendah, 11 persen. Indeks dinilai buruk jika lebih kecil dari 20 persen.

Koefisien rezim sungai yang membandingkan debit maksimum dan minimum dari DAS Ciujung 189, jauh lebih besar dari 80.

Adapun koefisien varian (KV) debit air sungai yang membandingkan debit yang ada dan debit rata-rata menunjukkan nilai 48. Ini masuk kategori buruk karena lebih besar dari 30. ”Empat indikator itu memastikan DAS Ciujung sudah kategori kritis,” kata Sutopo.

”September lalu telah diprediksi bahwa Januari ini wilayah Banten Selatan dan Bogor Selatan akan mengalami curah hujan di atas normal,” kata Kukuh Ribudiyanto, Kepala Bidang Ekstrem Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Stasiun pengamat BMKG di Curug menunjukkan, Jumat (13/1), curah hujan mencapai 56,5 mm. Curah hujan disebut lebat jika 50-100 mm per hari.

Kekritisan Ciujung memberi dampak banjir yang luas. Sungai ini tergolong paling luas di Provinsi Banten, sekitar 1.935 km2. Aliran ke utara masuk ke Provinsi Jawa Barat sebelum bermuara di Laut Jawa. Di Provinsi Banten sungai mengaliri Kabupaten Lebak, Pandeglang, dan Serang. Di Jawa Barat, sungai melewati Kabupaten Bogor.

Di hilir, sungai bercabang dua mengalir ke Tanjung Pontang dan Teluk Banten. Ciujung memiliki delapan anak sungai, yaitu Ciujung Hulu, Cisemeut, Ciminyak, Cikeuyeup, Cimaur, Ciberang, Ciasem, dan Cipari. Ada 2,8 juta jiwa yang mengambil manfaat dari keberadaan Ciujung dan anak sungainya.

Penggunaan lahan di DAS Ciujung berdasarkan analisis citra Landsat tahun 2001 didominasi pertanian lahan kering (53,64 persen). Untuk mengatasi banjir direncanakan pembangunan waduk, cekdam, dan saluran irigasi. Waduk akan dibangun di Karian, Waduk Tanjung, Cilawang, dan Pasir Kopo.

Waduk Karian di hulu Sungai Ciujung akan berfungsi memasok air bersih di Serang dan Jabotabek menggunakan saluran Karian-Tanjung-Serpong, penyedia air irigasi untuk Ciujung, pengendali banjir Ciujung antara Rangkasbitung dan Bendung Pamarayan. Volume tampung efektif 219 juta m3 dan mampu membangkitkan listrik 5,2 MW.

Upaya pengendalian banjir dilakukan dengan membuat peta banjir yang disusun berdasarkan data historis spasial kerusakan banjir dan curah hujan pada wilayah sungai. Setelah itu ditetapkan peringkat prioritas penanganan banjir berdasarkan frekuensi (tingkat bahaya) banjir secara nasional. Prioritas pertama diberikan pada wilayah berpopulasi padat, memiliki areal pertanian, infrastruktur irigasi, serta ada kawasan industri dan lahan kritis yang luas di seluruh DAS. Dari data dilakukan pemodelan banjir dan diteliti zona penyimpan banjir. Ini terkait penyusunan rencana induk manajemen dan pengendalian banjir. (YUN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com