Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Kopaja Dinanti dan "Feeder" Tak Diminati

Kompas.com - 31/01/2012, 14:29 WIB
Riana Afifah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Macet merupakan masalah utama Jakarta yang tidak kunjung mendapat solusi. Penggunaan kendaraan pribadi oleh warga Jakarta juga kian meningkat mengingat kualitas moda transportasi massal di Jakarta yang masih tidak memadai. Namun, Pemerintah Provinsi DKI tampaknya tidak patah arang untuk mengurai kemacetan. Dari sekian banyak langkah yang dilakukan, salah satu yang mencuri perhatian adalah pengadaan feeder bus transjakarta.

Awalnya feeder yang dikelola oleh PT Eka Lorena Transport ini diprediksi akan banyak menarik minat warga sehingga mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Tetapi, pada kenyataannya, feeder bus transjakarta ini seperti hidup segan mati pun tak mau. Bayangkan saja, menurut pengakuan salah seorang sopir feeder, Rahsyan, dia hanya mengantar sekitar empat penumpang dalam sehari.

"Biasanya cuma empat penumpang. Pernah cuma dua penumpang dalam sehari. Yah, paling banyak lima-lah," katanya.

Hampir setiap hari, bus feeder ini memang berhenti di halte yang disediakan, seperti Halte Balaikota dan Halte Jatibaru. Bahkan terkadang dalam satu halte dapat menumpuk tiga bus yang tak berpenumpang. Padahal, feeder ini dapat dikatakan sangat nyaman dengan penyejuk ruangan yang masih berfungsi sempurna dan tempat duduk yang nyaman.

Namun, kenyamanan yang ditawarkan ini ternyata gagal menarik minat warga untuk pindah dari kendaraan pribadi. Jika tidak menggunakan kendaraan pribadi, tentu saja warga lebih memilih untuk naik angkutan umum Kopaja. Meski berdesakan, menurut warga, tarifnya lebih masuk akal.

"Hanya Rp 2.000 bisa sampai Tanah Abang. Kalau naik feeder Rp 6.500 cuma sampai Jatibaru. Enggak naik bus transjakartanya saja bayar Rp 6.500 juga," kata Dinda, salah seorang penumpang Kopaja 502 jurusan Kampung Melayu-Tanah Abang.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan, tidak mungkin harga feeder dipatok murah atau hampir sama dengan angkutan umum yang lain. Jika dipaksakan harga feeder dipatok murah, dia yakin akan menuai protes dari angkutan umum yang sudah ada.

Untuk meningkatkan minat dan menambah jumlah penumpang, dia berencana akan memperpanjang jalur feeder bus transjakarta. Yang saat ini hanya sampai Jatibaru, rencananya akan diperpanjang hingga Stasiun Tanah Abang. Dengan demikian, para penumpang kereta dapat beralih moda transportasi dengan lebih mudah.

"Nanti akan diperpanjang. Jadi warga yang naik commuter bisa melanjutkan perjalanan dengan feeder untuk melanjutkan kembali naik bus transjakarta," tutur Pristono.

Ketua Komunitas Suara Transjakarta, David Chyn, mengungkapkan, kurang diminatinya feeder ini bisa jadi lantaran pemilihan rute yang tidak sesuai. Saat ini, feeder melayani tiga rute, yaitu Rute 1 mencakup Sentra Primer Barat-Daan Mogot. Rute 2 meliputi Tanah Abang-Balaikota dan Rute 3 terdiri SCBD-Senayan.

Awalnya, keberadaan feeder ini sebenarnya diperuntukkan bagi calon penumpang yang hendak menuju ke koridor-koridor busway, seperti koridor I (Blok M-Kota) dan Koridor IX (Pluit-Pinang Ranti). Kemudian titik prioritasnya juga harusnya berdekatan dengan permukiman.

"Harusnya dekat dengan permukiman. Tapi yang mendekati hanya satu, yakni yang di Jakarta Barat yang ada di Taman Semanan," kata Pristono.

Sementara untuk Jatibaru, semestinya dapat menghubungkan penumpang dari Slipi atau penumpang dari Koridor I atau dari Stasiun Tanah Abang. Sedangkan untuk rute yang berada di SCBD, sama sekali tidak pernah muncul dalam kajian.

"SCBD enggak sempat dipikirkan. Karena jaraknya kan tidak terlalu jauh dari Halte Polda," tutur Pristono.

Menurutnya, untuk menggaet banyak penumpang dan dapat mencapai target sebagai angkutan pengumpan, keberadaan feeder ini harus dikaji lagi dan diperbaiki.Sebab, jika tidak segera dilakukan, kondisinya akan terus seperti ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com