Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Citra Buruk, Demokrat Adukan Metro TV dan TVOne ke KPI

Kompas.com - 23/02/2012, 16:45 WIB
Maria Natalia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah fungsionaris perwakilan dari Partai Demokrat mengadukan televisi swasta Metro TV dan TVOne. Kedua media ini diadukan karena Partai Demokrat merasa pemberitaan mengenai Partai Demokrat dari media-media itu telah dipengaruhi oleh kepentingan politik dari pemiliknya. Dalam hal ini, pemilik Metro TV adalah Surya Paloh selaku pendiri Ormas Nasional Demokrat yang juga berhubungan langsung dengan Partai Nasdem, dan TVOne yang berada di bawah kepemilikan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie.

"Awal-awal kita menghadapi pemberitaan dari media-media itu secara obyektif. Tapi setelah 8 bulan mungkin agak berlebihan. Pemberitaan tentang Demokrat terlalu memojokkan. Terdapat satu opini yang dipaksakan pada publik," ujar salah satu fungsionaris Partai Demokrat, Ferry Juliantono, di kantor Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Jakarta Pusat, Kamis (23/2/2012).

Dalam aduan, Ferry mencontohkan pemberitaan seputar kasus korupsi yang menjerat beberapa anggota Partai Demokrat. Menurutnya, pemberitaan dalam kasus korupsi itu kemudian digeneralisasi oleh Metro TV dan TVOne, seolah-olah semua kader Partai Demokrat melakukan korupsi. Hal, ini kata dia, mempengaruhi citra Partai Demokrat yang buruk di mata masyarakat.

"Contohnya dibuat pemberitaan seolah Partai Demokrat adalah partai koruptor. Itu proses framing. Monopoli opini. Ya, ini karena ada relasi sangat kuat antara pemilik media dan parpol tertentu. Itu sudah tidak dalam proporsi yang netral," ungkap Ferry.

Oleh karena diduga muatan berita dari Metro TV dan TVOne sarat kepentingan politik, Partai Demokrat meminta KPI menganalisis dan memberikan sanksi kepada dua media itu, jika terbukti dibaluti oleh kepentingan khusus, tanpa mengedepankan independensi sebagai media. Mereka juga meminta KPI mempertimbangkan kepemilikan media oleh orang-orang yang berafiliasi dengan partai politik agar bisa diuji kembali dalam bentuk sebuah aturan yang pasti.

Hal ini, kata Ferry, untuk menciptakan pemberitaan yang netral bagi masyarakat. "Kami meminta KPI tindak lanjuti aduan kami. Persoalan ini harus disampaikan karena punya dampak yang kurang baik pada media dan demokrasi jika tidak diatur secara kuat dan tegas. Kepemilikan yang dikuasai oleh sekompok orang yang berafiliasi dengan partai politik cenderung akan merugikan masyarakat sebagai konsumen opini di Indonesia," pungkas Ferry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

Nasional
Hadir di Dekranas Expo 2024, Iriana Jokowi Beli Gelang dan Batik di UMKM Binaan Pertamina

Hadir di Dekranas Expo 2024, Iriana Jokowi Beli Gelang dan Batik di UMKM Binaan Pertamina

Nasional
Jokowi Ucapkan Selamat ke PM Baru Singapura Lawrence Wong

Jokowi Ucapkan Selamat ke PM Baru Singapura Lawrence Wong

Nasional
Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

Nasional
Konflik Papua: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Konflik Papua: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Nasional
Para 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah serta Deretan Aset yang Disita

Para "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah serta Deretan Aset yang Disita

Nasional
Soal Kelas BPJS Dihapus, Menkes: Dulu 1 Kamar Isi 6-8 Orang, Sekarang 4

Soal Kelas BPJS Dihapus, Menkes: Dulu 1 Kamar Isi 6-8 Orang, Sekarang 4

Nasional
Babak Baru Kasus Vina Cirebon: Ciri-ciri 3 Buron Pembunuh Diungkap, Polri Turun Tangan

Babak Baru Kasus Vina Cirebon: Ciri-ciri 3 Buron Pembunuh Diungkap, Polri Turun Tangan

Nasional
Wacana Kabinet Gemuk: Kemunduran Reformasi Birokrasi?

Wacana Kabinet Gemuk: Kemunduran Reformasi Birokrasi?

Nasional
Gaya Pemerintahan Prabowo Diharap Tidak Satu Arah seperti Orde Baru

Gaya Pemerintahan Prabowo Diharap Tidak Satu Arah seperti Orde Baru

Nasional
Gaya Kepemimpinan Prabowo yang Asli

Gaya Kepemimpinan Prabowo yang Asli

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Anggap Pernyataan Prabowo Berbahaya | Ketua KPU Jelaskan Tudingan Gaya Hidup 'Jetset'

[POPULER NASIONAL] PDI-P Anggap Pernyataan Prabowo Berbahaya | Ketua KPU Jelaskan Tudingan Gaya Hidup "Jetset"

Nasional
Prabowo Ogah Pemerintahannya Diganggu, PKB Ingatkan 'Checks and Balances'

Prabowo Ogah Pemerintahannya Diganggu, PKB Ingatkan "Checks and Balances"

Nasional
Prabowo Yakin Pemerintahannya Lanjutkan Proyek IKN dengan APBN

Prabowo Yakin Pemerintahannya Lanjutkan Proyek IKN dengan APBN

Nasional
Tanggal 20 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 20 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com