Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obama Yakin AS Tinggalkan Afganistan Sesuai Rencana

Kompas.com - 01/03/2012, 10:36 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com — Presiden Barack Obama, Rabu (29/2/2012), mengatakan, ia yakin Amerika Serikat (AS) bisa tetap menarik pasukannya dari Afganistan sesuai jadwal walaupun terjadi kerusuhan mematikan selama seminggu terakhir di negara itu terkait insiden pembakaran Al Quran di sebuah pangkalan AS.

"Saya merasa yakin bahwa kami tetap berada di jalan yang tepat sehingga pada akhir 2014, pasukan kita akan keluar dan tidak akan berada dalam peran tempur dan Afganistan akan memiliki kapasitas, sebagaimana Irak, untuk mengamankan negara mereka sendiri," kata Obama kepada ABC News.

Obama, yang dikecam lawannya dari Partai Republik karena meminta maaf kepada rakyat Afganistan setelah tentara AS membuang sejumlah Al Quran ke sebuah insinerator di pangkalan udara Bagram, membela keputusannya. Ia mengatakan, permintaan maaf itu perlu untuk mencoba memadamkan kekerasan.

"Alasan bahwa itu penting juga menjadi alasan komandan di lapangan, Jenderal (John) Allen, untuk meminta maaf. Itu untuk menyelamatkan nyawa. Dan, untuk memastikan bahwa pasukan kita yang ada saat ini tidak ditempatkan dalam bahaya lebih lanjut," kata Obama. "(Permintaan maaf) itu menenangkan," tambahnya.

Insiden pembakaran tersebut memicu protes dan kekerasan selama tujuh hari berturut-turut. Korban tewas diperkirakan sudah mencapai 40 orang. Dua penasihat militer AS ditembak mati di kementerian dalam negeri di Kabul, Sabtu, beberapa hari setelah dua tentara AS juga tewas oleh tentara Afganistan di timur negara itu. Aksi kekerasan itu mendorong NATO untuk menarik para penasihatnya dari departemen Pemerintah Afganistan.

NATO punya kekuatan 130.000 orang di bawah pimpinan pasukan AS yang bertugas memerangi Taliban. Kelompok Taliban yang digulingkan sejak tahun 2001 terus memimpin pemberontakan melawan Pemerintah Kabul yang didukung Barat.

Amerika Serikat berencana untuk secara bertahap menarik pasukan tempurnya mulai pertengahan tahun depan sebelum menyerahkan kontrol ke pasukan keamanan Afganistan pada akhir tahun 2014.

Sejumlah pengeritik dari Partai Republik mengatakan, gejolak terbaru itu menunjukkan adanya kebutuhan untuk memperlambat laju penarikan pasukan AS dari Afganistan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com