Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lelah dan Gerah di Transjakarta

Kompas.com - 03/03/2012, 09:01 WIB
Pieter P Gero

Penulis

Lagi-lagi, antrean panjang ini terjadi karena kedatangan bus sangat lama. Lebih dari 20 menit. Begitu bus datang, beriringan dua unit. Semuanya sudah penuh. Penumpang yang bisa diangkut hanya beberapa orang saja karena yang turun juga hanya beberapa orang saja.

Halte yang praktis tanpa pendingin udara membuat calon penumpang berkeringat. Memang ada kipas angin, tetapi itu tidak banyak membantu. Untungnya, ketika akhirnya terangkut, pendingin udara di dalam bus cukup lumayan sekalipun penumpang berjejal hanya menyisakan ruang sangat sempit di antara sepatu dan sendal penumpang yang berdiri.

"Bencana" datang saat turun di Halte Bendungan Hilir untuk berpindah di Halte Semanggi arah ke Pluit. Lebih dari setengah jam menunggu bus warna oranye muncul dari arah Pancoran. Barisan antrean semakin panjang sampai keluar halte. Pintu halte yang seharusnya tertutup tetap terbuka karena penumpang berjejal. Dari gadis cantik dengan dandanan wah, mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja kantoran, sampai para pria pekerja kasar.

Karena halte punya beberapa pintu, kadang bus yang datang kemudian tidak berhenti pada pintu pertama yang padat penumpang yang sejak tadi sudah menunggu. Seorang penumpang perempuan di depan pintu sampai berteriak, "Pak sopir berhenti di sini, dong."

Selama berada di sana sampai sekitar satu jam, hanya ada sekitar delapan bus yang lewat. Di antara bus tadi, hanya dua bus gandeng yang lewat dan itupun sudah penuh penumpang.

Penumpang yang ada hanya bisa masuk sejumlah penumpang yang keluar. Betul-betul waktu terbuang percuma hanya untuk menunggu bus yang datangnya terlalu lama. Kalaupun sampai, penumpang sudah berjejalan di dalamnya. Perlu waktu lebih dari satu jam menunggu bus untuk bisa terangkut. Padahal, hanya mau turun di Halte Slipi dan selanjutnya ke Palmerah untuk kembali bekerja.

Ternyata masih ada tempat untuk lima penumpang di dalam bus gandeng yang telah penuh. Akan tetapi, perjalanan yang hanya satu halte sampai ke Slipi pun tidak lancar. Masalahnya, terdapat dua lintasan yang digunakan secara bersama, kendaraan umum dan bus transjakarta, yakni di atas Jembatan Semanggi dan sebelum Halte Slipi.

Lebih parah lagi, di lintasan campuran itu tak ada polisi yang biasanya berjaga di jalur selepas Gedung DPR/MPR. Padahal, di jalur khusus ini biasanya polisi rajin bersiaga. "Percuma dibilang transjakarta dengan jalur khusus," ujar seorang pria bertopi.

Akibat kurangnya armada bus pada jam supersibuk petang hari itulah, Kompas akhirnya tiba di kantor pukul 20.00 WIB lewat, setelah lebih dari dua jam menumpang dari kawasan Bundaran HI.

Kalau terus begini, rasanya sulit untuk bisa membuat warga Jakarta semakin sayang dan beralih ke angkutan publik yang sebenarnya sangat diandalkan warga Jakarta ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com