Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beralih ke Gas, Tukang Ojek Itu Tak Perlu Antre BBM

Kompas.com - 24/03/2012, 05:33 WIB

Oleh Aris Prasetyo

Adam Ismail (27) tak pernah berada di antara antrean di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum menjelang kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM. Pria yang bekerja sebagai tukang ojek ini sudah ”merdeka” dari bensin sejak lima bulan lalu. Ia selama ini menggunakan gas untuk bahan bakar bentor.

Bagi tukang ojek bentor, moda transportasi umum di Gorontalo, bensin ibarat darah di tubuh manusia. Tanpa bensin, bentor mereka tidak akan melaju membawa penumpang. Seberapa pun panjang dan lamanya mengantre bensin di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU), tukang ojek bentor akan setia menunggu giliran. Bahkan, mereka pun rela merogoh uang Rp 6.000 per liter untuk membeli bensin eceran ketika antrean panjang di SPBU terus berlanjut.

Adam mencoba beralih ke gas sebagai pengganti bensin untuk bentor saat mengikuti pelatihan pemakaian gas bagi kendaraan bermotor pada akhir tahun lalu di Kantor Bank Indonesia Gorontalo. Saat itu, Bank Indonesia Gorontalo bekerja sama dengan Pemerintah Kota Gorontalo melakukan uji coba penggunaan gas bagi bentor. Pengarah dan pemberi materi uji coba adalah Ujang Kuswara, mantan dosen Institut Teknologi Bandung, yang aktif meneliti energi alternatif.

Setelah mengikuti pelatihan singkat tentang penggunaan gas untuk bentor, Adam lantas mempraktikkan sendiri di rumahnya di Kelurahan Tenilo, Kabupaten Gorontalo. Ayah dua anak ini tak kesulitan saat memasang dan merakit tabung gas berukuran 3 kilogram untuk di-”kawinkan” dengan mesin bentor yang tak lain adalah sepeda motor bebek merek Yamaha. Pekerjaan sampingan sebagai tukang bengkel mempermudah usahanya ”mengawinkan” gas pada mesin sepeda motor.

”Teknologinya sederhana. Intinya adalah mengganti bensin dengan gas sebagai bahan bakar pengapian pada mesin sepeda motor. Dan terbukti bisa. Saya sudah melakukannya dalam lima bulan terakhir,” ungkap Adam.

Untuk mengawinkan gas dengan mesin sepeda motor diperlukan tiga macam perlengkapan tambahan, yaitu selang karet seukuran jari kelingking dengan panjang 75 sentimeter (cm), tabung plastik berdiameter 5 cm dan panjang 10 cm, serta keran kecil yang berfungsi sebagai penutup dan pembuka aliran gas dari tabung elpiji ke karburator mesin. Selang dari tabung elpiji mengalir ke karburator sebagai pengganti selang aliran bensin dari tangki bensin sepeda motor.

Tabung dan keran dipasang di tengah-tengah selang karet. Jadi, sebelum elpiji masuk ke karburator, gas masuk terlebih dahulu ke dalam tabung. Fungsinya untuk memperbanyak aliran gas ke karburator yang diatur dengan keran.

Tabung elpiji berukuran 3 kilogram diletakkan di bawah jok penumpang. Setelah tersambung dengan posisi keran terbuka, aliran gas yang dipadukan dengan percikan api busi akan menghidupkan mesin sepeda motor. Cukup sekali menekan tombol starter otomatis, mesin langsung meraung. Demikian juga saat mesin dihidupkan dengan pedal starter, langsung hidup.

Selain tak perlu antre membeli bensin, ongkos yang dikeluarkan Adam jauh lebih hemat. Isi ulang gas elpiji 3 kg seharga Rp 15.000 tersebut bisa dipakai untuk tiga hari atau untuk menempuh jarak sekitar 400 kilometer. Padahal, saat menggunakan bensin untuk bentornya, Adam harus mengeluarkan uang Rp 20.000 per hari.

Ketika masih menggunakan bensin, pendapatan bersih yang dikantongi Adam dalam sehari adalah Rp 30.000 hingga Rp 40.000. Pendapatannya bertambah setelah beralih ke elpiji menjadi Rp 50.000-Rp 60.000 sehari. Semakin rendahnya pengeluaran untuk membeli bahan bakar membuat pendapatannya meningkat.

Sayangnya, walaupun sudah terbukti bahwa penggunaan elpiji untuk bentor tidak memiliki masalah dan terbukti lebih hemat, belum ada satu pun rekan Adam sesama tukang ojek yang berniat beralih ke elpiji sebagai pengganti bensin. Mereka masih takut,” ujar Adam.

Husni Kauman (40), salah satu tukang bentor, mengaku belum berani menggunakan gas sebagai pengganti bensin pada bentor miliknya. Berita tentang ledakan tabung elpiji di televisi yang kerap ia saksikan membuatnya khawatir. Apalagi belum ada standar pengamanan khusus untuk penggunaan gas pada kendaraan bermotor.

”Tunggu perkembangan dulu apakah saya perlu beralih ke elpiji atau masih menggunakan bensin,” ucap Husni.

Pemimpin Bank Indonesia di Gorontalo, Wahyu Purnama, mengatakan, penggunaan elpiji untuk bentor di Gorontalo akan terus didalami, terutama faktor keamanan. Pasalnya, gas untuk kendaraan bermotor di Gorontalo masih dibilang hal baru dan belum populer. Apalagi sebagian warga di Gorontalo masih trauma menggunakan elpiji sebagai pengganti minyak tanah untuk memasak.

”Sejauh ini belum ada masalah soal penggunaan gas untuk bentor,” kata Wahyu.

Wakil Wali Kota Gorontalo Feriyanto Mayulu mendukung penuh upaya penggunaan elpiji sebagai pengganti bensin untuk bentor di Gorontalo. Jika terbukti berhasil, potensi penghematan bahan bakar akan sangat besar sebab di Kota Gorontalo ada sekitar 20.000 unit bentor yang beroperasi. Apalagi akhir-akhir ini selalu terjadi antrean panjang pembeli bensin di SPBU di seluruh Gorontalo.

Meskipun belum disahkan secara resmi tentang penggunaan gas untuk kendaraan bermotor, upaya tersebut sepatutnya didukung penuh, terutama oleh pemerintah.

Penggunaan gas sebagai pengganti bensin adalah sebuah upaya kreatif di tengah-tengah rencana kenaikan harga bensin di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com