Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faisal: Tata Ruang, Ujung-ujungnya Tata Uang

Kompas.com - 24/03/2012, 18:41 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Indobarometer, Muhammad Qodari mengemukakan, masyarakat Jakarta pada dasarnya telah mengetahui permasalahan yang menghantui kotanya. Untuk itu, diperlukan program-program yang inovatif untuk menggaet hati warga Jakarta.

"Masyarakat Jakarta ini sebagian merupakan masyarakat yang rasional, jadi program-program yang ditawarkan menentukan pilihan mereka," ujar Qodari dalam diskusi bertemakan 'Jakarta Punya Cerita' yang diadakan di Warung Daun, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat (24/3/2012).

Dia juga mengapresiasi para calon yang muncul dalam bursa Pilkada DKI Jakarta 2012 mendatang, karena telah memiliki konsep tata kelola kota Jakarta dengan sistematis dan terstruktur. Namun kekhawatiran yang kemudian muncul adalah permasalahan karakter kepemimpinan yang buruk mengubur itu semua.

"Yang penting itu kepribadian, semua tindakan itu kan didasari pribadi pemimpin. Kalau dari sana lambat ya jadi begitu. Yang kedua struktur politik, tiap keputusan harus dapat dukungan dari cabang legislatif. Nah, ini yang jadi kendala independen," lanjutnya.

Qodari mengatakan, salah satu indikator keberhasilan menjalankan roda pemerintahan adalah dengan melihat tingkat keoptimalan struktur birokrasi di bawahnya. "Berani nggak copot kalau bawahannya nggak benar dan sebagainya. Karena kalau tidak bisa diperbaiki ya susah," ujarnya.

Pernyataan tersebut pun langsung mendapat tanggapan dari salah satu bakal calon wakil gubernur yang diusung PDI-P dan Gerindra, Basuki Tjahaja Purnama, atau yang lebih akrab disapa Ahok. Ia menceritakan pengalamannya saat menjadi Bupati Belitung Timur.

"Sekel-Sekel itu waktu nggak bener saya tanyain satu-satu, kalau tiga bulan nggak mau dukung program, silahkan mengundurkan diri saja. Akhirnya mereka bilang, oh iya pak, kami dukung kok," ujarnya.

Sementara calon gubernur dari jalur independen, Faisal Basri mengungkapkan, saat ini pemimpin harus mengubah orientasi program, bagaimana menata manusia, bukan tata ruang. Sehingga seluruh kebijakan yang melibatkan manusia, baik jajaran di bawahnya, maupun masyarakat berdaya bersama-sama.

"Lihat manusianya, strukturnya, kegiatannya, baru dicari ruang yang ideal seperti apa. Transportasi publik seharusnya mengacu ke sana, tata ruang mengikuti tata manusia. Kalau dimulai tata ruang ujung-ujungya tata uang," kata Faisal mencontohkan salah satu permasalahan transportasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com