Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Urus Transportasi Massal dari Singapura

Kompas.com - 26/03/2012, 07:42 WIB
Riana Afifah

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com — Jakarta yang sempat memimpin pembangunan di segala sektor pada era Ali Sadikin, kini justru tertinggal jauh dengan negara tetangganya, yaitu Singapura.

Salah satunya dari segi tranportasi massal yang kerap dikeluhkan oleh sebagian masyarakat Jakarta. Di Singapura, pola transportasinya sudah terorganisasi dengan baik dan menempatkan transportasi berbasis rel atau dikenal dengan Mass Rapid Transit (MRT) sebagai tulang punggung angkutan umum kota.

Manajer Komunikasi Land Transport Authority (LTA), Khrisna, membenarkan bahwa MRT merupakan tulang punggung sektor transportasi Singapura. Sejak dibuka untuk masyarakat pada tahun 1987, MRT di Singapura terus berkembang dan saat ini sudah tersedia empat jalur yang mampu menghubungkan wilayah utara-selatan dan timur-barat.

"Kami terus lakukan segala upaya untuk memperkuat sektor transportasi. Dan saat ini MRT merupakan tulang punggung sektor transportasi negara ini," kata Khrisna di LTA Gallery, Singapura, Jumat (23/3/2012).

Ia menjelaskan bahwa sebelumnya ada tiga perusahaan bus yang kemudian bersatu menjadi SBS. Selanjutnya pada tahun 1987, saat MRT mulai dijalankan, keseluruhan operasionalnya tidak hanya diserahkan kepada SBS, tetapi juga pada perusahaan swasta lainnya, yaitu SMRT yang juga menyediakan layanan bus dan taksi.

Meski telah melayani empat jalur, yaitu jalur utara-selatan, jalur timur-barat, jalur tenggara, dan jalur melingkar, pembangunan MRT terus berlanjut dengan target membangun jalur downtown.

Jalur ini sudah mulai dibangun dan ditargetkan selesai dalam tiga tahap pada tahun yang berbeda. Untuk tahap pertama ditargetkan rampung pada tahun 2013. Kemudian disusul tahap kedua yang akan selesai pada 2015 dan tahap ketiga pada 2017.

Pembangunan jalur ini dimaksudkan untuk memperkuat koneksi antara kawasan pusat bisnis dan Marina Bay. Saat ini pembangunan terlihat di sekitar Bugis dan Bencoolen. "Kami sadar bahwa menambah jalan saja tidak akan cukup karena kendaraan pasti akan bertambah juga. Itu sebabnya kami tidak berhenti menambah jalur ini," jelas Khrisna.

Transportasi berbasis rel ini sendiri terintegrasi dengan angkutan lain dan terletak di kawasan strategis sehingga memudahkan masyarakat untuk berpindah moda. Selain itu, fasilitas park and ride juga tersedia hampir di setiap stasiun dengan tarif parkir yang murah.

Bus yang lalu lalang di Singapura ini juga ramah lingkungan dan tidak mengeluarkan asap yang mengepul hitam. Tidak hanya itu, para pengemudinya pun tidak ugal-ugalan dan taat aturan lalu lintas karena hukuman denda di Singapura bukan sekadar gertakan saja.

Bahkan, jarang terlihat penumpang bus berdesakan mengingat banyaknya alternatif sarana transportasi yang memadai. Meski sempat unggul dari Singapura pada puluhan tahun lalu, tidak ada salahnya untuk saat ini Jakarta belajar kembali menata dan merevitalisasi kembali angkutan umum supaya layak dinaiki dan semakin menjadi pilihan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com