PALANGKARAYA, KOMPAS.com — Kalangan mahasiswa di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menerima provokasi agar berunjuk rasa secara anarkistis. Namun, mereka dengan tegas menampik provokasi itu dan memilih berunjuk rasa untuk menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dengan damai.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Palangkaraya Yusup Roni Singapuar, di Palangkaraya, Kamis (29/3/2012), mengatakan, provokasi itu disampaikan beberapa oknum masyarakat. Bahkan, ada wartawan yang memanas-manasi mahasiswa.
"Mereka bilang, ayo bentrok. Bikin suasana panas supaya diliput media nasional dan masuk televisi. Terserah kata orang, tapi kami hanya bersikap peduli," tuturnya.
Tampil di media massa, papar Roni, bukan menjadi tujuan mahasiswa. Unjuk rasa merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap rakyat.
"Bukan masalah tampil atau tidak. Kami tak ingin narsis, nampang, dan terkenal. Biarlah masyarakat yang menilai," katanya.
Pernyataan itu selalu disampaikan kepada oknum masyarakat dan wartawan yang ingin keonaran atau bentrok antara mahasiswa dan aparat keamanan terjadi.
"Jangan bikin bentrok yang akan membuat masyarakat kecewa serta menimbulkan kemacetan. Imbauan itu sudah disampaikan kepada rekan-rekan saya," ungkap Roni.
Ia tak mau unjuk rasa mahasiswa di Palangkaraya mendapatkan citra anarkistis dan memicu kerusuhan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.