Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapal Penangkap Tuna Belum Dapat Jatah

Kompas.com - 28/04/2012, 03:19 WIB

CILACAP, KOMPAS - Sekitar 50 kapal penangkap tuna di atas 30 gros ton di Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap, Jawa Tengah, hingga Jumat (27/4) belum bisa melaut kendati Pertamina telah menambah alokasi stok solar dua hari lalu. Pasalnya, pasokan tambahan sebanyak 48 kiloliter tersebut sudah habis karena pengelola stasiun pengisian bahan bakar bungker memprioritaskan pengisian solar ke ribuan kapal nelayan kecil.

”Kami memang memprioritaskan pengisian solar ke kapal-kapal nelayan kecil di bawah 15 gros ton (GT). Rencananya, kapal tuna baru akan mendapat solar dari alokasi tambahan berikutnya yang sudah dijanjikan Pertamina,” ungkap Kusiyati, Manajer KUD Mino Saroyo, yang mengelola stasiun pengisian bahan bakar bungker (SPBB) untuk seluruh kapal di Cilacap. Menurut Kusiyati, pasokan solar 48 kiloliter atau setara 6 truk tangki yang disalurkan Pertamina dibagi kepada nelayan pemilik perahu compreng dan kapal nilon yang membutuhkan BBM antara 20 dan 50 liter per perahu. KUD Mino Saroyo mencatat, setidaknya terdapat lebih dari 12.000 perahu kecil di Cilacap.

Pertamina menambah alokasi solar bagi para nelayan di Cilacap, Rabu (25/4) sore. Hal itu dilakukan Pertamina untuk meredam aksi protes nelayan yang sempat memblokade perairan di dekat Dermaga Pertamina Cilacap areal 70 sebagai bentuk kekecewaan karena tidak bisa melaut selama sepekan terakhir sejak jatah solar di SPBB Minarahardja habis (Kompas, 26/4).

Ketua Asosiasi Kapal Ikan Cilacap Sanpo mengaku bisa memahami jika pihak pengelola SPBB mendahulukan pelayanan solar kepada nelayan kecil. Namun, dia mengingatkan bahwa dengan tidak melautnya puluhan kapal penangkap tuna (longline), ada ratusan anak buah kapal yang menganggur.

Menurut Sanpo, kapal longline berkapasitas di atas 30 GT sebenarnya membutuhkan solar hingga 75 kiloliter untuk melaut tiga bulan. Namun, oleh pihak SPBB, pengisian maksimal dibatasi 25 kiloliter untuk melaut sebulan.

Guna menyiasatinya, kata Sanpo, para pemilik kapal tuna terpaksa mengumpulkan solar di sejumlah kapal milik mereka untuk diisikan ke satu kapal. Sebab, untuk mengisi penuh kapal tuna dibutuhkan waktu lebih dari sebulan. ”Jadi, lebih baik sedikit kapal yang melaut, tetapi hasilnya banyak,” ujarnya.

Ikut kapal compreng

Pantauan Kompas, para anak buah kapal penangkap tuna terpaksa bergabung dengan kapal-kapal kecil yang sudah mendapat jatah solar untuk menangkap ikan. Mereka bergabung untuk menyambung hidup.

”Mumpung sedang banyak-banyaknya ikan. Lagi pula tidak semua nelayan bisa ikut kapal tuna karena tidak semua kapal melaut. Jadi, banyak buruh kapal seperti saya ikut nelayan-nelayan compreng (kapal kecil),” tutur Sabardi (38), nelayan penangkap tuna.

Sementara itu Asisten Manajer External Relation Pemasaran BBM Retail Region IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta Heppy Wulansari mengatakan, penambahan stok solar yang dijanjikan sebanyak 150 kiloliter hingga akhir April dilakukan secara bertahap. (GRE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com