Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampung Pulo Kebanjiran

Kompas.com - 08/05/2012, 03:14 WIB

Jakarta, Kompas - Banjir kembali melanda Kampung Pulo, Kelurahan Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (7/5). Banjir terjadi karena dua waduk yang dibangun awal tahun ini baru mencapai 70 persen sehingga belum berfungsi maksimal.

Kali Krukut mencapai titik tertinggi 0,5 meter. Airnya melimpas ke rumah warga pada hari Senin pukul 02.00 dan 09.30.

”Saya semula berharap dua waduk yang dibangun di dekat aliran kali dapat mengurangi banjir. Namun, banjir tetap ada walaupun sudah ada waduk. Saya tidak tahu apakah waduk itu selesai atau masih akan digali lagi,” tutur Mukiyem (48), warga RT 11 RW 03, Kelurahan Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (7/5).

Mukiyem merasa terganggu aktivitasnya karena sejak pagi hingga siang dia tidak berbuat apa-apa. Tukang sayur yang biasanya masuk ke permukiman pada pagi hari tidak ada.

Sejak Minggu (6/5) malam, Senin dini hari, hingga tengah hari, hujan terus mengguyur kawasan Kampung Pulo. Warga yang berada di lokasi banjir menempatkan kendaraan bermotor di sekitar pos ronda yang juga dipakai sebagai posko banjir.

Akhir tahun lalu, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo berencana membangun waduk seluas 1,5 hektar. Konsekuensinya, Pemerintah Provinsi DKI akan merelokasi sebagian warga setelah mendapat penggantian tanah dan bangunan yang mereka pakai.

Rencana pembangunan waduk sudah berjalan sejak awal tahun. Dua waduk yang sedang dibangun itu berada di sebelah selatan permukiman warga.

Camat Cilandak Sayid Ali mengatakan, pembangunan waduk di Kampung Pulo memang belum selesai. Selain akan diperdalam, waduk juga akan diperlebar. Sementara ini luas dua waduk itu baru mencapai 9.007 meter persegi yang berada di RT 10 RW 03 dan RT 09 RW 03.

Menurut Sayid, Kampung Pulo sulit bebas dari banjir karena kawasan ini sebenarnya berada di area sempadan Kali Krukut yang terus menyempit. Sebelumnya, lebar aliran kali hanya berkisar 3- 4 meter saja.

Saat ini lebar Kali Krukut akan dilebarkan menjadi 6-8 meter. Apabila ingin benar-benar bebas dari banjir, katanya, sebagian wilayah di Kampung Pulo harus dikosongkan dari permukiman warga.

Menanggapi rencana relokasi, anggota Lembaga Musyawarah Kelurahan Kampung Pulo, M Ramin, mengaku, belum ada tawaran soal harga ke warga. Sementara mengenai wacana sudah lebih dahulu dibicarakan.

Namun, warga lebih menginginkan agar persoalan banjir dapat diatasi terlebih dahulu sebelum merelokasi warga yang sudah lama tinggal di sana. ”Jika banjir dapat diatasi tanpa merelokasi warga, itu lebih baik. Kami masih menginginkan itu daripada harus pindah,” katanya.

Kawasan Kampung Pulo, katanya, dikenal menjadi langganan banjir sejak tahun 1970-an. Hal ini terjadi karena tekstur tanahnya yang berbentuk lembah dialiri Kali Krukut.

Menurut Ramin, genangan makin sering terjadi sejak dua tahun terakhir. Sebelumnya, jika ada genangan, cepat surut. Sekarang, selain lebih sering terjadi, surutnya lebih lama karena Kali Krukut makin dangkal dan menyempit. Begitu pula dengan ruang resapan air yang berubah menjadi kawasan permukiman.

Akibat pasang laut

Genangan air juga ditemukan pada sejumlah lokasi di Jakarta Utara. Selain disebabkan oleh hujan deras, genangan di Jakarta Utara terjadi karena pasang air laut maksimal yang mencapai 1,1 meter.

Bahkan, Kamal Muara, kawasan pesisir di ujung barat Jakarta, sudah tergenang sebagian permukimannya sejak tiga hari terakhir. Genangan di permukiman itu disebabkan pasang air laut yang berlangsung mulai pukul 19.00 hingga surut pada pukul 03.00.

Menurut salah seorang ketua RT setempat, Nunung, tinggi genangan air mencapai 20-30 sentimeter. Karena sebagian besar rumah warga sudah ditinggikan sampai 50 sentimeter dari muka jalan, genangan itu tak sampai menggenangi rumah penduduk.

”Untungnya genangan ini datang malam hari, jadi tidak terlalu menghambat aktivitas warga. Kalau datangnya pagi, itu akan sangat mengganggu,” jelasnya.

Senin pagi, genangan air juga terdapat di sepanjang Jalan Lodan di depan Hotel Alexis dengan ketinggian mencapai 30 sentimeter. Genangan itu mengakibatkan arus lalu lintas di jalan tersebut terhambat karena setiap pengendara harus memperlambat laju kendaraannya agar tak terpeleset.

Berdasarkan data pasang surut air laut Dinas Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut, pasang air laut maksimal 1,1 meter terjadi pada 6 Mei hingga 8 Mei. Ketinggian pasang air laut akan berangsur turun pada 9 Mei hingga 10 Mei menjadi 1 meter dan akan lebih rendah lagi pada hari selanjutnya.

Sementara menurut Kepala Sub Bidang Cuaca Ekstrem Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kukuh Sri Budiyanto, hingga Juni nanti, masih berpeluang terjadi hujan lokal di Jakarta. Hal itu sebagai dampak transisi musim hujan ke musim kemarau.

”Peluang hujan terbesar terjadi di Jakarta bagian selatan,” jelasnya. (NDY/MDN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com