Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Tuna Netra Melawan Gelapnya Dunia

Kompas.com - 21/05/2012, 05:51 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak bisa melihat bukan berarti berhenti berkarya dan lantas menyurutkan semangat kehidupan, inilah salah satu prinsip yang dipegang orang-orang penyandang disabilitas, terkhusus kaum tuna netra. Berbekal harap dan kerja keras, mereka mampu bertahan hidup ditengah gelapnya dunia.

Siapakah yang memperhatikan mereka? "Ya mungkin masih ada yang menganggap kita nggak mampu, masih banyak persepsi itu. Nggak usah itu lah, namanya awam, saya pakai kerudung aja ditanyain, emang bisa," ujar Istiqomah kepada Kompas.com beberapa waktu yang lalu.

Wanita berkerudung ini merupakan Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan, Persatuan Tuna Netra Indonesia atau yang disingkat Pertuni. Organisasi yang berdiri sejak tahun 1966 ini merupakan wadah jalinan komunikasi sesama penyandang disabilitas, terutama kaum tuna netra bertaraf nasional.

Wanita yang buta sejak lahir ini menjelaskan, salah satu masalah yang dihadapi kaum tuna netra pada dasarnya adalah persepsi diskriminatif oleh orang awam terhadap orang-orang seperti dirinya. Dari persepsi inilah, menjadi akar masalah pengambilan kebijakan yang kurang berpihak pada kaumnya.

"Taruhlah mereka punya persepsi seperti itu, tapi paling nggak kan ada semacam tes dulu, benar nggak sih mereka bisa nggak melakukan pekerjaan itu," ujarnya.

Dari kurang lebih 900 orang anggota Pertuni di DKI Jakarta, bisa dihitung dengan jari berapa orang tuna netra yang bekerja di sektor formal, 70 persen lebih bekerja di sektor informal, seperti menjadi juru pijat, padahal sudah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.

Undang-undang tersebut mengamanatkan kuota satu persen bagi penyandang disabilitas di perusahaan atau lembaga pemerintahan. Namun, hingga kini implementasinya masih jauh dari harapan.

"Itu belum terealisasi dengan baik. Maunya hal itu pemerintah benar-benar memikirkan. Sehingga teman-teman kehidupannya meningkat," lanjutnya.

Fasilitas Penunjang Tuna Netra Di Kota Tak hanya masalah ketersediaan lapangan pekerjaan, termarginalkannya kaum tuna netra pun semakin terlihat dari terbatasnya fasilitas penunjang aktivitas kaum tuna netra di perkotaan.

Tak jarang, sisi kemanusiaan orang yang membantu menuntun tuna netra menyeberang jalan, terasa lebih berguna daripada deretan kata dalam peraturan daerah mengenai ketersediaan fasilitas umum bagi penyandang disabilitas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com