Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warnai Hidup dengan "Cupcake"

Kompas.com - 30/05/2012, 10:02 WIB

KOMPAS.com - Suasana rumah Fatmah Bahalwan di kawasan Matraman, Jakarta, riuh rendah dalam kegembiraan, Jumat (25/5/2012) sore. Meja panjang di ruang tengah penuh oleh cupcake, kue mungil aneka rupa dan warna. Sekitar 30 perempuan berkumpul saling berbagi cerita tentang cupcake. Mereka sebelumnya datang satu per satu dengan membawa sekotak cupcake hasil kreasi sendiri.

Sore itu komunitas perempuan pencinta dan pembuat cupcake berkumpul di rumah sang empu, Fatmah Bahalwan, pendiri komunitas memasak Natural Cooking Club (NCC). Dari komunitas memasak itulah lalu menetas lagi komunitas cupcake.

Para perempuan yang menggemari cupcake ini pada akhirnya tak hanya doyan makan cupcake atau sekadar membikin cupcake untuk keluarga tercinta. Pada akhirnya mereka menjadikan cupcake sebagai ”jalan hidup” yang lebih berwarna, yakni sebagai salah satu sumber nafkah yang menyenangkan. Sebagian besar lantas menjalankan bisnis cupcake tersebut secara online.

Fatmah lalu mempersilakan beberapa dari perempuan itu untuk bercerita pengalamannya mewarnai hidup dengan cupcake. Salah seorang yang didapuk pertama kali adalah sang Ratu Cupcake, Yuliana Christina (41), yang membuka bisnis cupcake di blog www.cupcakesheaven.com sejak 2006. Tahun 2005, Yuliana bergabung dengan NCC dan mengikuti kursus masak NCC demi bisa memasak untuk anaknya yang sempat sulit makan.

Yuliana kemudian belajar membuat cupcake, yang hasilnya kadang diberikan kepada keponakan-keponakannya. Dari situ, lama-kelamaan pesanan cupcake pun datang dan Yuliana sampai kewalahan memenuhi pesanan, sementara dirinya masih bekerja di sebuah media massa. Tahun 2010, Yuliana memutuskan berhenti bekerja demi menggeluti bisnis cupcake hingga sekarang.

”Dulu sering lempar order karena sedang kejar deadline. Setelah berhenti bekerja lebih bisa akomodasi keinginan customer,” kata Yuliana, yang sempat 13 tahun bekerja di media massa.

Lain lagi dengan Peni Respati. Ibu yang satu ini dahulu bekerja sebagai penguji cita rasa teh dan kopi di sebuah perusahaan perkebunan. Setelah bergabung dengan NCC dan belajar membuat cupcake, Peni mendirikan bisnis online aneka kue dan khususnya cupcake di dapurkecilku.blogspot.com.

Tak hanya belajar memasak, Peni bahkan serius belajar fotografi demi dapat memotret dengan baik kue-kue kreasinya untuk diunggah di blognya. Alhasil, suatu saat foto-foto cupcake kreasinya pernah dibeli hingga Rp 30 juta oleh suatu perusahaan untuk kepentingan komersial. Peni pun berhenti bekerja untuk menekuni bisnis online kue dan cupcake.

Saling mendukung
Namun, ada juga yang memutuskan tetap bekerja dan berbisnis cupcake bersamaan, seperti Gemi Miranti dengan lapak online kreasi-anti.blogspot.com. Apa triknya supaya tanggung jawab di kantor dan bisnis tetap jalan? Tak lain adalah dukungan komunitas. Ketika Gemi tak sanggup menerima order, ia akan menawarkan order tersebut kepada anggota lain di komunitas. Komunitas menjadi grup pendukung.

”Saya akan tawarkan kepada customer tersebut untuk order kepada ibu-ibu lain di komunitas yang saya yakin punya kemampuan dan keterampilan yang sama karena kami belajar bersama,” kata Gemi.

Meski sama-sama berbisnis cupcake, seluruh anggota dalam komunitas ini saling mendukung dan berbagi. Modifikasi resep, tips, dan trik semuanya dibagi dengan anggota lain melalui mailing list, pada saat kopi darat, atau saat kelas memasak. Para anggota yang awalnya belajar memasak pada akhirnya juga didapuk Fatmah untuk ikut mengajar di kelas memasak NCC.

”Soal rezeki, setiap orang punya sendiri-sendiri. Kami semua saling berbagi, resep dibuka, tips dan trik pun saling berbagi,” kata Gemi.

Pengalaman serupa juga dirasakan penggelut cupcake lainnya, seperti Sondang Olivia (www.olivescake.com) yang mantan akuntan, Nina Herlina (www.naninakitchen.blogspot.com) yang mantan pramugari, dan Lily Tyu yang berbisnis cupcake bersama suaminya. Wajah-wajah mereka merona seperti cupcake ketika berbagi cerita bagaimana jalan hidup menjadi berubah lebih berwarna karena cupcake.

Menjelang akhir sesi berbagi cerita tentang cupcake, Fatmah menyuarakan pendapatnya tentang kemandirian. ”Perempuan harus bisa mandiri, jangan bergantung sepenuhnya kepada suami, tetapi menjadi partner dan berarti di rumah. KDRT dapat dimulai dari ketergantungan yang terlalu kuat kepada suami,” katanya.

Petang semakin temaram. Para ibu pun menyiapkan kotak karton masing-masing. Mereka lalu saling bertukar kreasi cupcake untuk dibawa pulang. Sungguh kreatif. Mulai dari cupcake kornet yang manis-asin gurih, cupcake durian, cupcake berbentuk sepatu jinjit (high heels), kelopak bunga. Mmm... sungguh menggemaskan!

(Sarie Febriane)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com