Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merawat Harapan dari Timur Nusantara

Kompas.com - 25/06/2012, 03:57 WIB

Koordinator Jaringan Damai Papua Neles Tebay mengingatkan agar rancang bangun dan implementasi pembangunan disesuaikan dengan budaya lokal. Yang terjadi selama ini, katanya, Papualah yang harus selalu menyesuaikan dengan ritme pemerintah. Papua dipaksa berpartisipasi dalam dinamika nasional, tetapi sekaligus diperlakukan tak wajar.

Ketua Sinode Kingmi Pendeta Benny Giay mengatakan, kondisi itu diperparah dengan sikap elite lokal yang cenderung mencari selamat.

Pengajar Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Cornelis Lay, dan tiga rekannya, Bayu Dardias Kurniadi, AAGN Ari Dwipayana, dan Purwo Santoso, melihat karut-marut Papua terjadi karena ketidakpercayaan daerah terhadap pemerintah pusat. Di sisi lain, pemerintah pusat tidak satu sikap dan kebijakan. ”Kebiasaan pemerintah pusat menunjuk banyak tokoh untuk satu urusan berpotensi memunculkan friksi antartokoh yang menangani Papua, yakni Velix Wanggai, Bambang Dharmono, dan Farid Husain,” kata Lay.

Kompas mengamati, setiap ada langkah baru dari Jakarta, orang Papua berkomentar, ”Ini apa lagi?”

Barangkali ungkapan Frans Lieshout OFM, biarawan yang puluhan tahun tinggal di Papua, bisa jadi acuan, ”Datanglah ke Papua dengan hati....”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com