Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei : Angkutan Umum Biang Kemacetan

Kompas.com - 01/07/2012, 15:40 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar kebijakan publik Andrinof A Chaniago menyatakan, salah satu penyebab utama kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta adalah angkutan umum. Menurut hasil survei, faktor terbesar pemicu kemacetan adalah perilaku pengemudi angkutan umum yang tidak disiplin.

"Selama ada angkot, maka jangan berharap kita bebas dari macet," sebut Andrinof, dalam diskusi dengan wartawan bertajuk 'Urai Tuntas Masalah Jakarta', Minggu (1/7/2012).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan CIRUS Surveyors Group dengan Tim Visi Indonesia 2033 pada April 2012 lalu, ditemukan sejumlah faktor penyebab kemacetan lalu lintas di ibukota Indonesia. Sebagian besar responden menyebutkan bahwa faktor penyebabnya adalah angkutan umum yang ngetem sembarangan.

Terhadap hal ini, Andrinof mengatakan, hal itu disebabkan karena besarnya populasi angkutan umum. Di Jakarta, jumlah taksi saja sudah mencapai 24.324 unit. Bajaj dan bemo sekitar 15.000 unit. Lalu, ada mikrolet, APB, dan KWK dengan jumlah 12.984 unit.

Besarnya populasi angkutan umum, kata Andrinof, bisa terjadi karena adanya faktor birokrasi. Pemerintah, kata Andrinof, bisa saja mengurangi izin trayek. Tapi, terhadap ini, Pemerintah tentunya harus mengantisipasi pengangguran dengan menyediakan lapangan pekerjaan.

"Terhadap ini harus menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang tidak tertampung operator bus," sambung dia.

"Banyak sekali perempatan, termasuk perempatan sebidang," tambah Andrinof mengenai faktor kemacetan lainnya.

Ia pun menyebutkan, kemacetan juga sering terjadi di dekat pintu masuk dan keluar jalan bebas hambatan atau tol. Sebagai solusi terhadap faktor kemacetan ini, Andrinof berpandangan agar Pemerintah menyediakan  lahan yang ideal dekat pintu masuk atau keluar tol.

Secara keseluruhan, hasil survei tersebut mengungkapkan tujuh faktor penyebab kemacetan di Jakarta. Faktor lainnya adalah jalan rusak, genangan air, tidak ada jembatan penyeberangan, dan kendaraan terlalu banyak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com