Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersemangat Menyortir Surat Suara

Kompas.com - 03/07/2012, 04:42 WIB

Kerumitan daftar pemilih tetap tidak selalu berujung konflik. Ada cerita lelah di balik kisruh DPT, seperti halnya yang dilakukan 30 anggota Pramuka Jakarta Selatan. Dengan upah Rp 10 per lembar, mereka semangat menjadi tukang sortir kartu pemilih selama 24 jam.

Anggota Pramuka Penegak, Pandega, dan Pembina ini terbagi dalam kelompok I (pukul 08.00-pukul 16.00), kelompok II (16.00-24.00), dan kelompok III (24.00-08.00). Sementara penyortiran berlangsung mulai Senin (2/7) pagi dan ditargetkan selesai 9 Juli mendatang. Mereka harus dapat bekerja dalam tekanan waktu yang singkat dan tuntutan akurasi tinggi. Adapun penyortiran dilakukan secara manual, mengandalkan mata dan ketelitian penyortir, di ruang rapat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jaksel. 

Siang itu, muka Dedi (19) terlihat lelah. Begitu pun dengan beberapa rekannya. Sebagian melepas lelah dengan meletakkan kepala di meja kerja penyortiran.

Setelah menonton final Piala Eropa, Senin dini hari, Dedi tidak tidur. Ia langsung menyortir tumpukan berkas kartu pemilih. Dia dan teman-temannya bertugas menyeleksi kartu pemilih ganda dari 1,522 juta kartu yang ada. Anggota KPU Jaksel memberinya lembaran fotokopi nama-nama bermasalah tersebut. ”Saya mencari nama yang ada dalam daftar ke lembaran kartu pemilih. Jika ketemu, nama itu saya ambil, kemudian diserahkan ke KPU. Kartu ini tidak boleh beredar,” kata Dedi, aktivis Pramuka dari Kebayoran Lama, Jaksel.

Aktivitas itu sepertinya melelahlah dan membosankan, tetapi tidak bagi Dedi. Dia menikmatinya karena saat ini sedang tidak ada kegiatan. Sehari-hari, Dedi merupakan pembina Pramuka di beberapa sekolah di Jaksel. Jadi, selama libur sekolah, dia tidak ada aktivitas penting.

Tugasnya akan berlanjut dengan menyortir surat suara yang belum datang hingga Senin sore di KPU Jaksel. Anggota KPU Jaksel, Abdul Salam, mengatakan, pihaknya akan melibatkan Dedi dan teman-temannya dalam menyortir surat suara. Abdul senang dengan kinerja mereka karena tidak banyak mengeluh.

”Upahnya jauh di bawah upah minimum regional Ibu Kota. Namun, mereka semangat bekerja,” kata Abdul.

Di wilayah Jaksel setidaknya ada 5.900 nama yang harus disortir. KPU Jaksel tidak akan memberikan kartu pemilih kepada nama-nama ini. Nama ganda ini sesuai dengan hasil penelusuran sistem komputer KPU dan laporan tim sukses kandidat.

Tugas mereka juga tergantung dari ketersediaan barang yang disortir. Persoalannya, hingga Senin sore, baru kartu pemilih untuk satu dari 10 kecamatan di Jaksel yang sudah tiba. Jika kartu pemilih dan surat suara datang lebih cepat, mereka bisa langsung menyortirnya.

Sementara ini, logistik Pilkada DKI Jakarta yang tiba di KPU Jaksel antara lain alat coblos, tinta, lem, karet gelang, alat tulis, bantalan tempat mencoblos, bilik suara, tali rafia pagar tempat pemungutan suara, dan gambar pasangan calon.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com