Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syiar Islam di Balik Wanginya Parfum Condet

Kompas.com - 01/08/2012, 17:34 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aroma berbeda mulai terasa ketika melewati ujung Jl. Raya Condet arah Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur. Deretan toko parfum tampak menghiasi sisi kiri dan kanan jalan. Tak jarang, orang-orang kerap menjuluki kawasan tersebut dengan sebutan "Condet Wangi."

Namun, siapa sangka dibalik deretan botol parfum beragam merek nan wangi tersebut memiliki sejarah khusus tentang penyiaran agama Islam di daerah Condet. Rasa penasaran pun menuntun Kompas.com bertemu salah seorang pemilik toko parfum pertama di kawasan tersebut, Habib Alwi Al Hadad.

Ia menceritakan, awal mula usaha beromzet puluhan juta rupiah tersebut bermula pada sekitar tahun 1880. Saat itu, seorang habib keturunan Arab bernama Muhammad Al Hadan mendirikan sebuah mesjid bernama Al-Hawi, mesjid yang kini seakan menjadi pusat aktivitas agama Islam di Condet.

"Beliau keturunan Arab, asli Menteng. Dari situ ada pengajian, artinya ada pengembangan agama Islam melalui pendidikan. Di situ mulai muncul pedagang-pedagang musiman jual wewangian, berupa minyak dan gaharu," ujarnya saat ditemui di sebuah toko miliknya, Rabu (1/8/2012).

Hari ke hari, tahun ke tahun, kegiatan keagamaan di tempat tersebut semakin meningkat. Orang-orang dari penjuru Indonesia datang dan belajar agama Islam di mesjid tersebut, membentuk komunitas Islam baru. Selama itu pula, bisnis wewangian turut berkembang pesat, hingga awal tahun 1970.

Awalnya, ia hanya memiliki satu toko dengan barang dagangan wewangian berupa gaharu dan minyak-minyakan tradisional. Namun, ketika marak penjualan bibit wewangian dari luar negeri, bisnis pun dikembangkan. Perkembangan itu pula yang membentuk kawasan 'Condet Wangi' hingga saat ini dengan hampir 75 toko parfum.

Harga parfum pun dijual bervariasi dari Rp 5.000 hingga hingga Rp 25.000 per mililiter. "Dari delapan toko, bibit parfum saya dari Arab, Prancis, Swedia, ini asli semua. Masalah buat campurannya, kalo asli nggak bisa disemprot, dikasih alkohol supaya bisa disemprot," lanjutnya.

Kini, tak hanya parfum bermerek Bvlgari, Paris Hilton, Boss dan lainnya, kebanyakan toko parfum pun menjual perlengkapan keagamaan, misalnya baju muslin, pernak-pernik, hingga kurma. Harganya tergolong murah, untuk pakaian muslim berkisar Rp 40.000 hingga Rp 200.000, kurma berkisar Rp 20.000 hingga Rp 200.000. Seluruhnya tergantung kualitas.

Habib Alwi mengungkapkan, bisnis parfum tersebut lebih dari sekedar bisnis. Terdapat unsur penyiaran agama Islam di dalamnya. "Wangian ini sunah nabi, 'Siapa yang mengikuti sunahku, dia jadi golonganku'. Dengan banyak wangian kan keburukan jadi jarang terjadi," lanjutnya.

Meski bisnis parfum mulai menjamur di kawasan Condet, ia mengaku tak khawatir. Ia merasa semakin banyak pengusaha menjual wewangian, penyiaran agama Islam pun semakin berkembang. Sejarah Islam di balik wewangian parfum di toko tersebut bisa menjadikan daya tarik sendiri bagi masyarakat, terutama dalam suasana Ramadhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com