LUWU TIMUR, KOMPAS.com- Matano, danau terdalam di Indonesia, menjadi akhir dari rangkaian perjalanan Tim Ekspedisi Cincin Api Kompas. Seiring dengan merapatnya perahu ke dermaga Danau Matano, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (10/8/2012) siang, perjalanan jurnalistik selama satu tahun pun berakhir.
Langit di atas Danau Matano bersaput awan. Angin berhembus pelan. Air danau berkedalaman 600 meter atau 200 meter lebih dalam dari permukaan air laut ini sebening kaca. Danau yang dihuni ikan endemis purba, buttini, menjadi saksi gejolak geologi hiperaktif yang membentuk Pulau Sulawesi di masa silam.
Sulawesi tersusun dari pecahan beberapa lempeng benua yang bertumbukan, yaitu Australia, Eurasia, dan Pasifik, serta beberapa lempeng mikro. Tumbukan lempeng inilah yang membentuk sesar Palu-Koro, di mana salah satu ruas rekahannya kemudian terisi air dan terbentuklah Danau Matano.
Satu tahun Ekspedisi Cincin Api Kompas merupakan peliputan untuk mendokumentasikan Nusantara dari perspektif lain. Selama ini Nusantara lebih kerap digambarkan sebagai zamrud katulistiwa yang diberkahi kesuburan tanah. Tim ekspedisi berupaya menampilkan ancaman bencana akibat posisi kepulauan kita yang berada di zona tumbukan tiga lempeng benua.
Selama setahun tim ekspedisi mendokumentasikan gunung-gunung api yang telah membentuk bentang alam dan budaya masyarakat Nusantara, namun juga kerap mengirim petaka. Tim juga melacak jejak gempa dan tsunami di masa lalu serta ancamannya di masa datang.
Tak hanya soal bencana, tim ekspedisi juga mencatat tentang keragaman flora dan fauna yang tercipta dari dinamika geologi di masa lalu. Perjalanan dimulai dengan mendaki Gunung Tambora di Sumbawa, dilanjutkan ke Kaldera Toba di Sumatera Utara, lalu disusul dengan menyelam di kompleks pulau gunung api Krakatau.
Berikutnya, tim mendaki Gunung Rinjani di Lombok dan Gunung Agung di Bali. Gunung-gunung api yang berderet di sepanjang Pulau Jawa juga telah didaki, disusul perjalanan menyusuri jalur patahan "raksasa" Sumatera dari Lampung hingga Aceh.
Tim juga menyusuri jejak tsunami 1907 di Pulau Simeulue yang melahirkan tradisi "smong". Tradisi ini menyelamatkan masyarakat Simeulue dari petaka tsunami tahun 2004.
Berikutnya, perjalanan dilanjutkan ke Flores untuk melacak jejak kehidupan purba di Flores yang terkubur letusan gunung-gunung api di masa lalu.
Perjalanan kemudian mencapai Kepulauan Maluku dan Maluku Utara, sebelum kemudian berakhir di Sulawesi. Edisi terakhir Ekspedisi Cincin Api tentang biogeografi Sulawesi akan dimuat di Kompas mulai tanggal 29 Agustus 2012.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.