Jakarta, Kompas -
Sebelumnya, langkah politik serupa juga diambil Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Dalam Pilkada DKI putaran pertama, 11 Juli lalu, pasangan Fauzi-Nachrowi menempati urutan kedua dengan mengantongi 1.476.648 suara (34,05 persen). Posisi teratas diraih pasangan Joko Widodo (Jokowi)Basuki Tjahaja Purnama yang diajukan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dengan 1.847.157 suara (42,6 persen).
”Keputusan ini tidak tiba-tiba, tapi melalui proses panjang agar dapat memastikan suara kami bulat. Kami sudah menemui Pak Jokowi dan Pak Fauzi. Sayangnya, Pak Jokowi tidak memberi jawaban mengenai penyamaan program dan agenda. Kami menunggu dan belum mendapat jawaban. Sementara kami harus cepat mengambil keputusan
Luthfi juga menegaskan bahwa keputusan ini tidak didasari pada mahar (mas kawin) berupa uang dan posisi jabatan. Dukungan diberikan karena berbasis program pembangunan.
Seiring dengan adanya keputusan itu, Luthfi memerintahkan seluruh anggota PKS untuk tunduk pada keputusan partai.
”Mereka yang tidak taat akan berurusan dengan penegak disiplin partai,” ujar Luthfi.
Pada acara penyampaian sikap politik PKS ini, Fauzi dan Nachrowi turut hadir. Keduanya
”Dukungan ini didasari pada keinginan untuk membangun bersama Jakarta. Titipan program pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini (calon yang diajukan PKS pada putaran pertama) tidak jauh beda dengan kami,” kata Fauzi.
Menanggapi sikap politik PKS tersebut, Jokowi dalam kesempatan terpisah mengatakan bahwa dirinya sesungguhnya sudah berusaha agar bisa bersama PKS pada putaran kedua. Namun, upaya yang sudah dilakukan itu ternyata tidak berhasil.
”Tidak apa-apa. Sudahlah, kami menghargai keputusan partai,” kata Jokowi.
Ia juga menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat untuk menilai siapa yang terbaik meski kini dirinya dikeroyok banyak partai besar.