Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebakaran Cermin Karut-marut DKI

Kompas.com - 24/08/2012, 02:39 WIB

Jakarta, Kompas - Kebakaran di Jakarta masih sulit dikendalikan, khususnya di permukiman padat. Pada Kamis (23/8) terjadi lagi tiga kebakaran di Jakarta Barat, Utara, dan Selatan. Kebakaran yang terus-menerus terjadi ini merupakan cerminan dari karut-marutnya penataan lingkungan di Jakarta.

Di Jakarta Utara, satu rumah milik Rojali (41) di daerah Cilincing terbakar akibat sulutan api dari korek api yang dimainkan anaknya. Warga setempat sempat dilanda kepanikan akibat kebakaran itu karena permukiman itu padat penduduk.

Di Jakarta Barat, kebakaran juga nyaris melalap sebuah rumah di kawasan padat penduduk di Lokasari, Taman Sari, akibat kompor yang terbakar.

Malam hari, kebakaran juga melanda permukiman warga di Jalan Rawa Simprug, RT 9 RW 9 Kelurahan Grogol Selatan, Kebayoran Lama. Sekitar tujuh rumah terbakar dalam kejadian itu.

Kebakaran yang terjadi di Jakarta ini jika dirata-rata mencapai dua hingga tiga kasus dalam sehari.

Jumlah korban kebakaran di Jakarta dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Tahun 2009, korban kebakaran berjumlah 8.946 orang, tahun 2010 terdata 10.826 orang, tahun 2011 tercatat 16.424 orang, dan tahun 2012 sampai 7 Agustus sebanyak 13.713 orang.

Menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, kebakaran di Jakarta selama 14 hari operasi Ketupat Jaya, 11-22 Agustus, tercatat 30 kasus.

Sebagian besar kebakaran itu disebabkan terjadi hubungan pendek arus listrik. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan musim mudik tahun lalu yang hanya 29 kasus, selama 16 hari.

Perlu model

Pengamat kebijakan publik Yayat Supriyatna menilai, kebakaran yang terus-menerus di Jakarta ini sudah harus dilihat sebagai kejadian luar biasa. Kondisi ini juga merupakan cermin dari karut-marutnya penataan lingkungan di Jakarta.

Jakarta yang juga Ibu Kota negara semestinya bisa menjadi tolak ukur dan contoh bagi ibu kota daerah lain.

Untuk mengatasinya, menurut Yayat, sudah tak lagi efektif dengan hanya mengandalkan sosialisasi pengendalian kebakaran. Dibutuhkan contoh riil penataan lingkungan eks kebakaran sebagai model untuk penataan lingkungan padat.

”Contoh riil penataan eks kawasan kebakaran tersebut yang belum pernah ada,” ujar pengamat publik dari Universitas Trisakti ini.

Jika dipetakan, menurut Yayat, kebakaran di Jakarta disebabkan oleh beberapa faktor, yakni kepadatan penduduk yang tinggi, lemahnya pengawasan terhadap pertumbuhan permukiman baru, dan kurangnya pembinaan masyarakat dalam basis komunitas RT dan RW. Adapun pemicu kebakaran umumnya di sebabkan oleh hubungan pendek arus listrik.

Di dalam lingkungan permukiman padat, lanjut Yayat, dipastikan pengawasan terhadap penghuninya akan lebih sulit karena terlampau padat dan banyak. Sementara itu, kebutuhan listrik juga tak dapat dihindari.

Untuk itu, menurut Yayat, sudah waktunya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta langsung terjun ke tengah permukiman eks kebakaran sehingga dapat diketahui keinginan warganya.

Setelah itu dilakukan, dibangun sistem penguatan komunitas yang tak hanya berfungsi untuk mengendalikan kebakaran di tingkat masyarakat, tetapi juga mengendalikan tumbuhnya permukiman baru.

”Revitalisasi permukiman seperti ini yang dibutuhkan untuk mengatasi kebakaran di Jakarta. Masyarakat turut dilibatkan. Kemudian ini dijadikan model untuk penataan permukiman padat lainnya,” tutur Yayat.

Sulit diselidiki

Analisis Kepolisian Daerah Metro Jaya juga menunjukkan bahwa permukiman padat penduduk menjadi permasalahan utama dalam kebakaran.

Menurut Rikwanto, menyelidiki kebakaran di kawasan padat penduduk sangat sulit. ”Untuk menentukan lokasi awal api pun tidak mudah karena kebakaran terjadi di permukiman luas dan saksi mengetahui setelah kebakaran membesar,” ujarnya.

Di permukiman tertata baik, menetapkan tersangka pelaku yang menyebabkan kebakaran lebih mudah.

(RTS/BRO/MDN/ART/FRO/PUT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com