Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semasa SMP, Muchsin Tak Aktif Rohis

Kompas.com - 04/09/2012, 14:20 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Muchsin Sanny Permadi (20), seorang terduga teroris yang ditembak mati Densus 88 di Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu, dikenal tidak aktif mengikuti kegiatan semasa sekolahnya dulu. Termasuk, kegiatan Kerohanian Islam (Rohis) yang wajib diikuti oleh siswa yang beragama Muslim.

"Kegiatan agama ada setiap Sabtu, tapi nggak ikut. Anaknya kayak nggak suka kegiatan-kegiatan gitu karena dia banyak pendiam," ujar Zakiyah Ahmad (50), wali kelas Muchsin saat ditemui Kompas.com di SMP 126, Kampung Tengah, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (4/9/2012) pagi.

Zakiyah sendiri mendengar kabar salah satu mantan anak didiknya didor hingga tewas oleh tim Densus Antiteror 88 pertama kali dari pemberitaan televisi. Semula, dirinya tidak menyadari Muchsin yang dimaksud adalah pemuda yang pernah didiknya semasa 2005 hingga 2007.

Namun ketika informasi tersebut benar, ia pun masih tak menyangka Muchsin jadi salah satu pelaku teror di Indonesia. Menurut Zakiyah, perbuatannya tersebut diakibatkan oleh sifat Muchsin sendiri yang cenderung tertutup.

"Kagetnya, dia bisa sampai lari ke sana. Mungkin dia nggak sadari, biasanya anak segitu masih idealis, pas menerima ajaran itu, masih diterima. Karena dari pendidikannya juga kurang," lanjutnya.

Gencarnya pemberitaan di media masa terkait aktivitas Muchsin di SMP tersebut, diakui Zakiyah telah diketahui adik-adik kelas Muchsin yang masih mengenyam bangku pendidikan. Sebagai guru, ia merasa turut bertanggung jawab atas perkembangan anak didiknya. Ia berharap, peristiwa ini menjadi contoh bagi murid-muridnya untuk tidak mengikuti perilaku yang menyimpang.

"Pastinya kita akan terus membentengi anak-anak, memberi masukan untuk memilih kegiatan keagamaan. Mereka yang harus hati-hati sekali," lanjutnya.

Ada tiga aksi teror di Solo yang melibatkan Muchsin dan kawan-kawan. Pertama, penembakan di Pos Polisi Singosaren, Solo, Jawa Tengah, Kamis (30/8/2012) malam.

Kedua, aksi pelemparan granat di Bundaran Gladak, Jalan Jenderal Sudirman, Sabtu (18/8/2012). Pada kejadian tersebut, dua polisi terluka.

Terakhir, kelompok ini beraksi dengan melakukan penembakan di Pos Polisi Singosaren, Solo, Jawa Tengah, Kamis (30/8/2012) malam. Seorang anggota Polsek Singosaren bernama Bripka Dwi Data Subekti meninggal dunia akibat luka tembak di bagian dada.

Jumat (31/8/2012) malam, Densus 88 Antiteror menggerebek sebuah rumah milik terduga teroris di Jl Veteran, Solo, Jawa Tengah. Dua orang terduga teroris atas nama Farhan dan Muchsin tewas di tempat. Sementara satu petugas Densus, Briptu Suherman turut jadi korban. Tak hanya itu, di tempat terpisah, seorang terduga teroris lainnya, Bayu, ditangkap hidup-hidup di Karanganyar, Jawa Tengah.

Diketahui, kelompok ini merupakan kelompok terorisme yang pernah bergabung dan melakukan latihan militer bersama Abu Sayaf di Mindanao, Filipina. Mereka kemudian masuk ke Indonesia dan melakukan aksi teror ke sejumlah pos kepolisian pada bulan Agustus 2012.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com