Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sabut Kelapa untuk Reklamasi Bekas

Kompas.com - 04/09/2012, 18:59 WIB
Nasrullah Nara

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Asosiasi Pengusaha Bijih Besi dan Bauksit Indonesia (APB3I) menyambut gembira teknik reklamasi dan revegetasi lahan pascatambang menggunakan media sabut kelapa. Metode penimbunan yang ramah lingkungan tersebut terus disosialisasikan oleh Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) setelah melalui penelitian dan ujicoba oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).  

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) APB3I, Alias Wello ketika dihubungi Kompas di Jakarta, Selasa (04/09/2012), menhgarapkan, pemerintah sebagai pemilik kewenangan pada kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan pascatambang ini dapat mendorong penerapan teknologi tersebut di lapangan. Dengan demikian, lokasi pascatambang mampu memberi nilai tambah bagi peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya petani kelapa Indonesia.   

"Ide ini sungguh cerdas dan cemerlang. Sabut kelapa yang selama ini belum banyak dimanfaatkan sebagai komoditas bernilai eknomi, bisa menjadi solusi bagi pelaksanaan reklamasi dan revegetasi lahan pasca tambang," kata Wello.

Menurut dia, dana untuk kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan pascatambang sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Energi Sumberdaya Mineral (ESDM) Nomor 18 Tahun 2008 sudah tersedia di rekening bersama perusahaan pertambangan dan pemerintah kabupaten/kota tempat kegiatan pertambangan dilaksanakan.

AISKI dan BPPT sebaiknya segera membuat penawaran kerjasama ke pemerintah kabupaten/kota tempat kegiatan pertambangan dilaksanakan. "Dananya sudah tersedia di sana. Namanya, dana jaminan kepedulian lingkungan," kata Wello.

Soal besaran dana jaminan kepedulian lingkungan yang disetorkan perusahaan pertambangan ke rekening bersama pemerintah kabupaten/kota, mantan Ketua DPRD Lingga, Kepulauan Riau ini menyebutkan bervariasi antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Ada daerah yang mengenakan Rp3.000 per metrik ton ada juga yang menetapkan Rp5.000 per metrik ton, katanya.

Wello menekankan, setiap kegiatan pertambangan memberikan dampak pembangun an ekonomi, namun berimplikasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Dampak lingkungan sekitar bisa bersifat fisik, biologis maupun sosial. Kawasan-kawasan pascapenambangan terbuka, lazimnya menyisakan lubang-lubang penggalian sampai kedalaman belasan bahkan puluhan meter dengan luas yang cukup besar.  

Karena itu, reklamasi dan revegetasi lahan pascatambang harus dimulai dengan land reforming, yakni menimbun lubang dan kolong pascatambang dengan over burden serta menata permukaan lahan sedemikian rupa agar semua tidak memungkinkan terbentuknya cekungan yang berisi genangan air hujan. "Setelah itu, baru dilakukan kegiatan revegetasi dan penanaman," tambahnya.   

Ketua Bidang Penelitian dan Pengambangan AISKI Ady Indra Pawennari mengatakan, teknik reklamasi dan revegetasi lahan pascatambang dengan menggunakan media sabut kelapa adalah jawaban yang tepat untuk memecahkan permasalahan kegagalan reklamasi dan revegetasi l ahan pasca tambang.   

"Teknologi ini oleh BPPT diberi nama BiTumMan atau Biji Tumbuh Mandiri," katanya.

Unsur hara  

Menurut Ady, teknologi BiTumMan yang merupakan perpaduan serbuk sabut kelapa (coco peat) dengan bahan organik lainnya, membuat biji tanaman yang ditanam pada kegiatan revegetasi lahan pascatambang mampu survive sendiri.

Coco peat memiliki sifat mudah menyerap dan menyimpan air. Ia juga memiliki pori-pori yang memudahkan pertukaran udara, dan masuknya sinar matahari.

Kandungan Trichoderma molds-nya, sejenis enzim dari jamur, dapat mengurangi penyakit dalam tanah dan menjaga tanah tetap gembur dan subur. Di dalam coco peat juga terkandung unsur-unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman, berupa kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), dan f ospor (P).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com