Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Rencana Teror Solo Versi Bayu

Kompas.com - 06/09/2012, 20:24 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam sebuah rekaman video berdurasi sekitar 12 menit, terduga teroris Solo, Bayu Setiono (22), membeberkan rencana aksi teror di Solo. Ia bersama terduga lainnya, Farhan (19), Muchsin (19), dan Firman menyasar teror pada aparat kepolisian.

"Di situ berempat, saya, Muchsin, Firman, dan ada enggak tahu namanya siapa. Di situ kami merencanakan suatu halaqoh (semacam pertemuan atau perkumpulan)," kata Bayu dalam video yang diputar di Mabes Polri, Kamis (6/9/2012).

Bayu memaparkan, Muchsin saat itu baru datang dari Jakarta. Kemudian, datang Farhan dari Filipina di awal 2012 itu. Dalam pertemuan tersebut, mereka berencana melakukan fai atau pendanaan yang menghalalkan segala macam cara, seperti merampok. Penggalangan dana tersebut dilakukan dengan cara merampok toko emas di Pasar Klewer, Solo. Dana hasil rampokan inilah yang rencananya akan digunakan untuk melakukan aksi teror di Solo.

"Seorang dari Filipina datang di 2012 awal. Namanya Farhan. Kami Membicarakan fai, perampokan toko emas Mahkota di Pasar Klewer. Kami sudah mulai jalan dan survei," ujarnya.

Namun, perampokan gagal sebab, saat survei, Muchsin melihat ada polisi berjaga di sekitar pasar. Saat perampokan gagal, Farhan memarahi yang lainnya. Farhan malah meminta polisi tersebut untuk dibunuh. "Farhan marah-marah perampokan tidak jadi karena ada polisi, suruh bunuh saja," kata Bayu.

Gagal mendapatkan dana dari merampok, mereka sepakat menanggung dana operasional teror bersama-sama. Bayu menjelaskan, kelompoknya saat itu berjumlah enam orang. Ia, Farhan, Muchsin, Firman, dan dua orang lain yang tak disebutkan namanya. Kelimanya, terkecuali dia, adalah lulusan tahun 2010 di Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah. Adapuun rencana teror bermula dari pesan singkat yang dikirim oleh Farhan pada Kamis (16/8/2012). "Pada 16 Agustus, kami dapat SMS dari Farhan. Di situlah perencanaan almaliyah atau penembakan seorang polisi," ujarnya.

Bayu yang mengaku kenal dengan Sigit Qurdowi (jaringan teroris Cirebon) ini pun membeberkan alasannya mengincar anggota kepolisian di Solo. Mereka terinspirasi dari sebuah buku karangan Abdurahman yang memberikan perintah membunuh polisi. Mereka menganggap aparat kepolisian kerap berbuat semena-mena hingga menangkap para rekan teroris lainnya.

Mereka menganggap polisi sebagai musuh besar. Polisi juga dianggap selalu menghalangi aksi teror mereka. Kelompok ini juga bertujuan membuat ketentraman Kota Solo terganggu, seperti halnya di Poso dan Ambon.

Setelah menerima SMS Farhan, Bayu langsung melakukan peninjauan di lokasi. Ia telah diberitahu target terornya. Saat itu targetnya adalah Pos Pengamanan Lebaran di Simpang Gemblengan. Terjadilah penembakan dari jarak jauh pada Jumat (17/8/2012) dini hari.

"Saya di-SMS lagi sama Farhan disuruh ngecek. Saya ngecek di situ sudah siap. Farhan dan Firman bisa melakukan penembakan. Setelah itu jam 01.30 dini hari, dia melakukan penembakan. Itu pula yang melakukan Farhan dan Firman. Eksekutor Farhan karena dia punya senjata api," kata Bayu panjang lebar.

Saat penembakan tersebut, satu anggota polisi terluka. Setelah itu, mereka berencana melakukan pelemparan granat pada 18 Agustus 2012. Pelemparan granat ditujukan ke Pos Pengamanan Lebaran di Bundaran Gladak, Jalan Jenderal Sudirman, Solo. Mereka melakukannya menjelang Hari Raya Idul Fitri, sebab polisi banyak berjaga di lokasi tersebut.

"Satu hari kemudian, 18 agustus 2012, ditelepon Farhan, mau ketemu. Saya ketemu, lalu saya disuruh survei di pos polisi Gladak. Di situ pimpinan kami bilang, mendekati Lebaran banyak polisi di pos-pos. Ternyata benar, di Pos Gladak lumayan banyak polisi," tutur Bayu.

Setelah meninjau lokasi, Bayu memberikan konfirmasi ke Farhan. Menurut Bayu, Farhan mengatakan akan melempar granat bersama Muchsin. Adapun Bayu bertugas mengawasi lokasi sekitar. Pelemparan dilakukan sekitar pukul 21.00. Satu anggota polisi kembali terluka. "Setelah itu pula Farhan dan Mucshin melakukan pelemparan (granat). Saya mengawasi dari belakang. Setelah itu kita pulang," katanya.

Bayu mengaku tak mengetahui rencana penembakan pos polisi di Singosaren, Solo, Kamis (30/8/2012). Menurutnya, setelah dua aksi teror itu, ia hilang kontak dengan Farhan, Firman, dan Muchsin. "Perencanaan penembakan di Matahari Singosaren, saya tidak ada kontak sama Firman, Farhan atau Muchsin," ujar Bayu.

Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Boy Rafli Amar mengatakan bahwa Firman memboncengkan Farhan saat penembakan yang menewaskan Bripka Dwi Data Subekti. Farhan menembaki Dwi Data dari jarak dekat sebanyak empat kali tembakan ke bagian dada. Senjata yang digunakan Farhan adalah jenis Pietro Berreta, kaliber 9 mm dan bertuliskan Property Philipines National Police (PNP).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

    Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

    Nasional
    Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

    Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

    Nasional
    Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

    Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

    Nasional
    Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara Ditembak Mati

    Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara Ditembak Mati

    Nasional
    Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

    Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

    Nasional
    Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

    Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

    Nasional
    Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

    Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

    Nasional
    Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

    Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

    Nasional
    PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

    PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

    Nasional
    KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

    KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

    Nasional
    Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

    Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

    Nasional
    Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

    Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

    Nasional
    Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral saya Marahi

    Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral saya Marahi

    Nasional
    MPR Akan Temui Prabowo-Gibran Bicara Masalah Kebangsaan

    MPR Akan Temui Prabowo-Gibran Bicara Masalah Kebangsaan

    Nasional
    Hakim Fahzal Hendri Pimpin Sidang Dugaan Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh

    Hakim Fahzal Hendri Pimpin Sidang Dugaan Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com