Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upah Buruh Penyadap Karet di Kalteng Anjlok

Kompas.com - 09/09/2012, 20:05 WIB
Dwi Bayu Radius

Penulis

PULAU PISAU, KOMPAS.com — Upah buruh penyadap karet di Kalimantan Tengah anjlok mengikuti harga komoditas tersebut yang turun tajam. Mereka tidak berminat lagi menyadap karet dan mulai beralih melakukan pekerjaan lainnya dengan upah yang lebih besar.

Menurut Leni (32), warga Desa Pilang, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng, Minggu (9/9/2012), suaminya saat ini bekerja di penambangan emas tradisional. Dalam seminggu, ia bisa mendapatkan penghasilan Rp 1,5 juta. "Kalau hasilnya banyak, bisa sampai Rp 2,5 juta," ujarnya.

Sebelum harga karet jatuh dari Rp 10.000 per kilogram menjadi Rp 7.000 per kilogram dalam enam bulan terakhir, suami Leni masih menjadi buruh penyadap. Ia sekarang bekerja sebagai buruh petambang emas karena upah menyadap karet anjlok dari Rp 150. 000 menjadi Rp 105.000 per minggu.

Suami Leni bekerja di Sungai Kahayan, Desa Tumbang Tarusan, Kecamatan Banamatingang, Pulang Pisau. Jika harga karet kembali normal, menyadap karet akan dilakukan lagi. Leni menjelaskan, meski upah buruh petambang cukup besar, ia lebih ingin suaminya menjadi penyadap karet jika upahnya wajar.

Tempat kerja buruh petambang emas jauh, jaraknya sekitar 200 kilometer (km) atau tiga jam jika menggunakan sepeda motor. Lagi pula, suaminya baru bisa bertemu keluarga beberapa hari sekali, tuturnya.

Mislodi Sahinin (45), petani karet di Desa Jeramas, Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur, mengatakan, minat warga menjadi buruh penyadap karet jatuh seiring harga komoditas tersebut yang anjlok. Penurunan harga berpengaruh pada upah buruh penyadap karet.

Saat ini buruh mendapatkan penghasilan maksimal Rp 125.000 per minggu. Sebelum harga karet turun, buruh bisa mendapatkan upah Rp 300.000 per minggu . Banyak buruh penyadap karet yang beralih menjadi pembersih kebun dengan upah sebesar Rp 240.000 per minggu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com