Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polda Metro Jamin Jakarta Aman

Kompas.com - 10/09/2012, 02:59 WIB

Jakarta, Kompas - Kepolisian Daerah Metro Jaya menjamin rentetan peristiwa ledakan yang terjadi belakangan ini tak mengancam keamanan di DKI Jakarta dan daerah sekitarnya, termasuk pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Jakarta putaran kedua pada 20 September mendatang.

Meski demikian, kewaspadaan terhadap keamanan tetap akan ditingkatkan, terutama terhadap ancaman teror.

”Peristiwa ini tidak mengancam keamanan Jakarta. Namun, kita tetap waspada, masyarakat harus peduli dengan lingkungannya. Sebab, yang bisa memerangi terorisme adalah masyarakat sendiri, dalam bentuk peduli,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Minggu (9/9).

Sebagaimana diberitakan, ledakan bom di rumah di Jalan Nusantara Raya 63, Beji, Depok, Jawa Barat, Sabtu (8/9) pukul 21.10, menyebabkan tiga orang terluka, satu di antaranya terluka parah.

Ledakan ini hanya berselang tiga hari dari penangkapan terduga teroris, Firman, di di Jalan Raya Kalimulya, Perumahan Anyelir 2 Blok E1 Nomor 1, Depok, Rabu.

Menurut Rikwanto, serangkaian ledakan yang terjadi belakangan ini juga tak mengancam Pilkada DKI putaran kedua yang akan segera digelar. Itu disebabkan, untuk pilkada, telah disiapkan kekuatan untuk mengamankan acara tersebut sebanyak 16.665 personel dari kepolisian serta 2.200 dari TNI dan instansi terkait.

”Jadi, untuk pilkada sudah ada yang mengamankan,” ujarnya.

Evaluasi sistem antiteror

 

Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail mengharapkan sistem antiteror dievaluasi ulang agar dapat lebih efektif mengantisipasi kejadian serupa. ”Harus ada konsolidasi ulang mengenai keamanan di tengah masyarakat. Menghadapi mereka tidak cukup dengan memperbaiki sistem kependudukan,” tutur Nur Mahmudi.

Menurut Nur Mahmudi, walau beberapa kali pelaku teror tertangkap di Depok, hal itu hanya kebetulan belaka.

Tempati rumah kontrakan

Menurut Rikwanto, dari sejumlah fakta dan barang bukti yang ditemukan, baik di lokasi ledakan di Beji, Depok, maupun temuan bom di Tambora, Jakarta Barat, memang memiliki ciri yang biasa ditemukan dalam kasus terorisme.

Hal itu meliputi ditemukannya sejumlah barang bukti pembuatan bom serta bahan peledak berupa black powder dan alumunium powder. Selain itu, juga profil tempat tinggal yang digunakan adalah rumah kontrakan dan perilaku penghuninya tidak mau bergaul.

Namun, dari temuan tersebut, Rikwanto menegaskan, kepolisian belum dapat menyimpulkan bahwa temuan bom di Tambora memiliki kaitan dengan ledakan di Beji. Kedua kasus itu masih diselidiki Detasemen Khusus 88 Mabes Polri.

Untuk mencegah peristiwa serupa terjadi lagi, Rikwanto mengimbau kepada masyarakat agar meningkatkan kepedulian lingkungan. Seperti peristiwa ledakan di Beji, penghuninya pun tak pernah bersosialisasi.

Kamuflase yayasan

Pekerjaan mereka juga tidak jelas. Bahkan, untuk mengelabui warga sekitar, di rumah kontrakan itu dipasang spanduk Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara. Padahal, setelah ditelusuri, yayasan itu tidak memiliki anak yatim piatu dan tak berizin.

”Spanduk bertuliskan yayasan itu digunakan untuk menutupi identitas mereka. Padahal, mereka melakukan kegiatan terorisme,” ujarnya.

Ketua Forum Komunikasi Panti Kota Depok Bariroh juga tidak mengenal panti asuhan bernama Pondok Bidara. Panti asuhan ini, menurut dia, belum terdaftar resmi sebagai anggota forum komunikasi.

”Nama panti itu tidak ada dalam forum komunikasi panti. Kami juga belum pernah melakukan kontak komunikasi dengan pengurusnya,” kata Bariroh.

Di seluruh Kota Depok, saat ini terdapat 36 panti asuhan yang tersebar di 11 kecamatan. Dari jumlah tersebut, 22 panti aktif melakukan komunikasi dan pertemuan.

Warga tidak menyangka

Ketua RT 004 RW 13, Kelurahan Beji, Kecamatan Beji, Arifin (38), dan istrinya, Ny Nurhasanah (37), serta Ketua RW 04 Saman Karim (49) tidak menduga Yusuf Rizaldi yang mengontrak rumah itu dan kini belum diketahui keberadaannya tersebut adalah jaringan teroris.

Arifin, Nurhasanah, Saman, dan bersama seorang warga lain, Achmad Fatoni (23), hingga kemarin petang masih berada di Kepolisian Resor Kota Depok. Mereka diperiksa sebagai saksi. Begitu juga dengan Lukman Fariz, pemilik rumah kontrakan.

Selain mereka, ada juga dua orang warga RW 04 yang diperiksa sebagai saksi, yaitu Cacing (pedagang kebab) dan Fajar (pedagang es buah). Keduanya ini melihat ada dua orang yang kabur dari rumah yang dikontrak Rizaldi setelah ledakan terjadi.

Salah satu yang kabur itu punggungnya luka berdarah. Keduanya berjalan cepat sambil menenteng sepatu. Dua orang itu lalu naik mobil warna hitam yang parkir tidak seberapa jauh dari rumah kontrakan tersebut.

Pengakuan Nurhasanah, ia sempat tiga kali bertemu dengan Rizaldi yang saat ini belum diketahui keberadaannya. Pertama, saat menagih iuran RT untuk biaya sampah dan hansip di kontrakannya. Dua lainnya, Rizaldi datang ke rumah Nurhasanah mengantar fotokopi KTP dan membayar iuran RT. ”Waktu ke kontrakannya sudah ada spanduk Yayasan Anak Yatim Pondok Bidara. Saya tidak curiga apa- apa,” ujarnya.

Saat didatangi ke kontrakannya, Rizaldi juga mengaku saudara dari Lukman Fariz, pemilik kontrakan, dan mengenal Hendra, salah seorang tetangganya. ”Jadi, saya anggap aman,” kata Nurhasanah.

Arifin menambahkan, dirinya baru sekali bertemu Rizaldi. Dirinya juga sempat menanyakan izin yayasan. ”Dia (Rizaldi) bilang yayasan itu hanya cabang. Anak yatim piatunya di kantor pusat yayasan di Tangerang. Saya percaya saja,” kata Arifin.

Ciri-ciri Rizaldi yang diingat mereka, perawakannya sedang, rambutnya pendek lurus, dan kulitnya sawo matang. Tiga orang lainnya yang terluka dalam ledakan bom, ungkap Arifin, adalah orang kepercayaan Lukman, yakni Nono Triawan (63) bersama dua anak Nono, yaitu Febri Bagus Kuncoro (30) dan Wulandari (27).

 

(MDN/NDY/RTS/BRO) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com