Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/09/2012, 12:04 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hendrik Hermanus Joel Ngantung (Henk Ngantung) dikenal sebagai seniman yang menjadi gubernur. Namun, tidak banyak yang tahu jika gubernur DKI Jakarta periode 1964-1965 adalah seorang pewarta. Lantas, apa peran Henk sebagai pewarta? Bagaimana ia bekerja? Dan apa saja peninggalan berharganya?

"Pak Henk bukan seperti wartawan yang memotret atau menulis peristiwa. Bapak duduk bersama fotografer tapi yang dipegang bukan kamera tapi kertas gambar," kata Evelyn Mamesah Ngantung (74), isteri Henk, saat ditemui Kompas.com, di kediamannya, Gang Jambu, Jalan Dewi Sartika, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (11/9/2012) malam.

Dalam penuturan Evie, sapaan Evelyn, Henk selalu hadir dalam peristiwa-peristiwa besar dan bersejarah. Tugasnya lebih mirip pewarta foto. Tapi, dia tidak menenteng kamera sebagai perlengkapan tulis.

Sesuai keahliannya, Henk bertugas mengabadikan atau mendokumentasikan peristiwa dalam bentuk lukisan sketsa. Dua di antara peristiwa bersejarah yang masih tersisa dalam dokumentasi Evie adalah Perjanjian Linggarjati (1946) dan Perjanjian Renville (1948).

Selain melukis situasi perundingan, pria asal Manado, Sulawesi Utara, itu juga menggambarkan sketsa satu per satu tokoh yang menjadi anggota delegasi kedua belah pihak maupun mediator.

Buah manis yang diingat Evie adalah undangan Lord Kilearn, perwakilan Kerjaan Inggris yang bertindak selaku mediator perjanjian Linggarjati. Bangsawan Kerajaan Inggris itu pernah mengundang pasangan Henk-Evie ke kastilnya. Lukisan Lord Kilearn saat memimpin sidang Perjanjian Linggarjati dipajang di ruang utama kastilnya.

"Waktu kami diundang ke kastilnya, dia bilang dia sangat bangga sama Bapak. Ke tamu-tamunya dia selalu tunjukkan lukisan itu dan bilang kalau itu terjadi waktu dia sedang memimpin perjanjian penting dan pelukisnya sudah menjadi gubernur di Ibu Kota Indonesia," kata Evie sambil tertawa kecil mengenang peristiwa itu.

Sumbangsih Henk dalam Perjanjian Linggarjati juga masih diingat benar oleh Evie. Ia diundang secara khusus oleh panitia untuk meresmikan Museum Linggarjati di Cirebon.

Sementara itu, Perjanjian Renville yang dilakukan di atas kapal perang USS Renville pada Januari 1948, juga memiliki dokumentasi yang sama. Henk tidak saja melukis suasana perundingan tetapi juga suasana geladak kapal perang Amerika Serikat itu.

Tidak hanya itu, suasana pewarta yang duduk berjejer menunggu dimulainya perundingan menjadi potret berwujud lukisan yang didokumentasikan Henk.

Masih banyak lukisan momen-momen sejarah yang telah dihasilkan teman Chairil Anwar dan Asrul Sani itu. Rekaman aktivitas Presiden Soekarno, Perdana Menteri Sutan Syahrir, dan sejarah awal kemerdekaan telah didokumentasikan Henk.

Sayang, kebanyakan lukisan itu hanya tinggal kenangan dan tidak diketahui secara pasti keberadaannya saat ini. Kesulitan ekonomi yang melilit Janda empat anak mantan gubernur DKI itu membuatnya terpaksa melepas satu per satu peninggalan bernilai sejarah dari suaminya. Minimnya perhatian pemerintah terhadap dokumentasi sejarah yang dihasilkan pencipta logo Provinsi DKI Jakarta itu kemudian mendorong Evie yang dalam posisi terpaksa menjual karya-karya seni tersebut.

Beberapa sketsa bernilai historis lain telah lebih dahulu 'diselamatkan' Presiden Soekarno, di antaranya, sketsa Gajahmada dan lukisan Sang Pemanah.

Gajahmada, Patih Kerajaan Majapahit yang terkenal telah dituangkan dalam bentuk sketsa rekaan oleh Henk. Sketsa tersebutlah yang saat ini mengisi lembaran buku Sejarah di tingkat Sekolah Dasar hingga SMA. Sketsa tersebut pula, yang menginspirasi patung Gajah Mada yang dikenal sebagai Panglima Bhayangkara, di halaman kompleks Mabes Polri.

Dua sketsa lain yang lebih dikenal warga Jakarta dalam bentuk patung atau tugu adalah Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia dan Tugu Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng.

"Kalau Patung Selamat Datang ide awal Pak Henk untuk dinamai "Bangsa Indonesia Menyambut Masa Depan", kemudian diubah atas permintaan Pak Karno," ujar Evie.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com