Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rieke: Pemerintah Belum Berpihak pada Buruh Migran

Kompas.com - 17/09/2012, 22:20 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi IX dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Rieke Dyah Pitaloka mengungkapkan kebijakan politik anggaran Pemerintah terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau buruh migran masih sangat rendah. Hal tersebut membuktikan pemerintah belum sepenuhnya berpihak pada pahlawan devisa tersebut.

"Kebijakan politik anggaran pemerintah memperlihatkan jika instansi pemerintah terkait yaitu Kemenakertrans tidak berpihak terhadap TKI. Anggaran yang dialokasikan terhadap TKI terlampau kecil," ujar Rieke di gedung DPR, Jakarta, Senin (17/9/2012).

Rieke berpendapat, anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk TKI harus dinaikkan. Anggaran tersebut, lanjutnya, tidak difokuskan pada buruh migran saja, namun juga buruh dalam negeri serta transmigrasi.

Dia mencatat, setidaknya anggaran di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) hanya sebesar Rp 300 miliar. Hal tersebut tidak sebanding dengan problematika kasus yang luar biasa dialami oleh buruh migran di tempat perantauan.

Hal tersebut, menurut Rieke, juga berlaku di alokasi anggaran Satuan Tugas TKI yang per tahun hanya mengalokasikan anggaran sebesar Rp 100 miliar untuk TKI.

"Memang ada persoalan birokrasi dan kebijakan politik anggaran. Devisa untuk TKI ditargetkan Rp 70 triliun, tiap berangkat dipungut 15 dollar ditambah Rp 500.000. Sedangkan per tahun minimal 500.000 orang yang diberangkatkan menjadi buruh migran," paparnya.

Rieke menegaskan sebelum berangkat, buruh migran tersebut sudah menambah pemasukan untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun jika dirinci lagi alokasi anggaran untuk buruh migran masih sangat miris.

Biaya perlindungan buruh migran, lanjut Rieke, tidak ada di BNP2TKI dan Satgas TKI tapi adanya di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Anggaran perlindungan TKI di Kemenlu tersebut juga masih belum memberikan titik terang, dalam artian alokasi anggaran belum tahu diketahui publik dan prioritas anggaran perlindungan buruh migran juga masih belum jelas.

Rieke menambahkan, jumlah TKI di luar negeri sekitar 7 juta orang, belum TKI yang masih berada di dalam negeri. Beberapa kementerian sudah mengajukan anggaran, namun terdapat banyak anggaran yang kurang sesuai dengan yang diperlukan TKI. Postur anggaran setiap kementerian juga masih banyak keganjilan.

"Banyak anggaran tidak jelas dan aneh, misal di Kemenkes ada dana mengatasi kecoa dan lalat, sebesar Rp 1,5 miliar. Ada lagi untuk membeli kendaraan bermotor sebesar Rp 700 juta. Pokoknya untuk monitoring dan evaluasi itu anggarannya tinggi sekali tapi untuk TKI kecil," pungkas Rieke.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com