Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Foke-Nara Mobilisasi Warga, Jokowi-Basuki Partisipasi Warga

Kompas.com - 24/09/2012, 07:40 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebelum dan saat masa kampanye Pilkada DKI Jakarta, simbol-simbol dukungan dalam berbagai bentuk atribut mengalir kepada pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dari berbagai lapisan masyarakat. Namun, hasil hitung cepat berbicara lain.

Saat dihubungi Kompas.com, Senin (24/9/2012) pagi, pengamat politik YF Ansy Lema menilai, banjir dukungan dalam bentuk spanduk, baliho, hingga deklarasi kelompok di hadapan pasangan calon lebih bersifat simbolis.

"Karena itu, banyaknya simbol atau atribut tidak merepresentasikan banyaknya dukungan warga pada kandidat. Kalau Foke-Nara mobilisasi warga, sedangkan Jokowi-Basuki partisipasi warga," terang Ansy.

Ia menjelaskan, dalam tataran pengamatan sederhana, warga bisa saja terpukau dan menilai terjadi peningkatan dukungan yang luar biasa pada pasangan Foke-Nara. Tidak hanya pernyataan dukungan yang datang silih berganti di jalan-jalan utama hingga perkampungan warga, dari yayasan-yayasan sosial hingga sekolah-sekolah pun banyak ungkapan simbolis terlihat.

Tak sedikit pula dukungan yang diungkapkan dengan cara cukup ekstrem. Kawasan tertentu seakan-akan dikhususkan sebagai wilayah Foke-Nara dan terlarang bagi pendukung Jokowi-Basuki.

Kalimat seperti "Basis Pendukung Foke" bisa ditemukan tertulis di aspal Jalan di Tanah Merah, Penjaringan, Jakarta Utara, atau pada spanduk yang dipasang di pintu masuk kawasan permukiman di Cililitan, Jakarta Timur, hingga ke portal di kompleks perumahan di wilayah Kalibata, Jakarta Selatan.

"Atribut-atribut Foke-Nara itu lebih merupakan hasil mobilisasi politik untuk mengesankan seolah Foke-Nara didukung mayoritas warga," ulas pengajar Ilmu Politik Universitas Indonesia itu.

Dalam pengamatannya, yang dilakukan tim sukses dan pendukung Foke-Nara itu berbeda dengan cara pesaingnya. Jokowi-Basuki lebih mengandalkan pendekatan langsung ke masyarakat. Dari pendekatan tersebut muncullah simpati dan swadaya masyarakat untuk menggalang dukungan bagi pemenangan pasangan tersebut.

Tanpa koordinasi langsung dengan tim sukses dan partai-partai pengusung "Jakarta Baru (JB)", relawan-relawan tersebut bergerak secara mandiri. Gerakan-gerakan itu, sesuai dengan spirit yang diusung kedua calon mereka, tanpa disertai ungkapan simbolis atau penyebaran atribut dukungan secara simbolis.

Tak salah bila banyak orang yang kemudian sempat memprediksi hasil putaran pertama akan berubah di putaran kedua. "Ini beda antara Foke-Nara dan JB yg mengandalkan partisipasi warga Jakarta, bukan mobilisasi yang sifatnya artifisial, pada tataran kulit luar," simpul Ansy, menerangkan kunci sukses JB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com