Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peran Masyarakat Diperlukan untuk Mencegah Tawuran

Kompas.com - 25/09/2012, 04:39 WIB
Lariza Oky Adisty

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi tawuran antara siswa SMA N 6 dan SMA N 70 yang terjadi di Jalan Bulungan, Jakarta Selatan, Senin (24/9/12) memakan korban jiwa. Alawy Putra Yustianto (15), siswa kelas X SMA N 6 tewas setelah mengalami luka bacokan di dada. Tawuran yang melibatkan kedua sekolah ini bukanlah yang pertama kali terjadi.

Josias Simon, kriminolog dari Universitas Indonesia menilai tawuran sebagai bagian dari nilai-nilai yang dipelihara. "Nilai-nilai seperti kegarangan, atau balas dendam yang kemudian terwariskan," ungkapnya saat dihubungi lewat telepon, Senin (24/9/12) malam.

"Meski mungkin di lingkungan sekolah para siswa bersikap baik karena ada kontrol dari pihak sekolah, tetapi di luar sekolah yang aturannya lebih bebas dan kontrolnya sangat longgar. Hal ini ditambah karena aparat berwenang baru bisa bertindak setelah ada kejadian," tuturnya.

Josias juga mengungkapkan, masalah tawuran harus dilihat secara keseluruhan, bukan hanya dari sisi keluarga siswa atau institusi sekolah.

"Selain dari sekolah, juga harus ada peran dari masyarakat di sekitar lokasi yang kerap menjadi tempat terjadi tawuran. Karakteristik wilayah yang kerap jadi tempat tawuran juga harus dilihat. Masyarakat di sekitar tempat-tempat tersebut, seperti mungkin tukang ojek yang mangkal di situ biasanya yang paling tahu situasinya, namun belum menjadikan persoalan tawuran ini belum menjadi prioritas mereka," jelas Josias.

"Setelah itu, lihat korelasinya dengan di sekolah atau di rumah sehingga masalah bisa dilihat secara menyeluruh, apakah siswa melakukan tawuran sebagai pelampiasan, atau karena ada persoalan lain. Hanya dengan demikian masalah tawuran bisa diselesaikan hingga ke akarnya," ucap Josias lagi.

Sementara terkait dengan peristiwa pembacokan yang menewaskan Alawy, Josias menyatakan, pelaku yang sudah terbukti bersalah memang harus menjalani proses pidana. "Tapi dari situ kan bisa dilihat siapa-siapa yang berpotensi bisa direstorasi atau dibimbing untuk tidak mengulangi tindakan serupa," tambahnya.

Untuk penghilangan nilai-nilai seperti pewarisan dendam di sekolah demi mencegah perulangan di kemudian hari, menurut Josias bisa dilakukan dengan cara pembimbingan tersebut.

"Dari sekolah bisa mengidentifikasi pelajar yang memerlukan pengarahan atau nasihat. Juga bisa diadakan koordinasi antara pihak sekolah yang sering terlibat keributan dengan Dinas Pendidikan, serta dengan tokoh masyarakat dan antar-kelurahan untuk bersama-sama memikirkan pencegahan tawuran," pungkasnya.

Keributan antara siswa SMA N 6 dan SMA N 70 ini berlangsung setelah jam pulang sekolah. Sekumpulan siswa SMA N 6 yang tengah menuju ke arah Bulungan diserang oleh siswa dari SMA N 70. Akibat kalah jumlah, siswa SMA N 6 terpaksa melarikan diri. Naas, Alawy beserta ketiga temannya Farouq, Dimas dan Zurah yang saat itu berada di barisan depan menjadi sasaran. Farouq menderita luka di jari tangan, Dimas terluka di pelipis sementara Zurah di bagian lengan dan punggung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com