Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bali-Komodo, Penjelajahan Awal dari Peradaban Baru

Kompas.com - 25/09/2012, 08:24 WIB
Jannes Eudes Wawa,
Samuel Oktora,
Siwi Yunita Cahyaningrum

Tim Redaksi

Laut yang jernih di sepanjang jalur bersepeda mereka. Tim jelajah juga menemukan keramahan warga yang tiada putus di sepanjang jalan. Di sepanjang perjalanan menuju Pulau Komodo, tim jelajah selalu disambut dengan lambaian tangan warga desa, sorakan semangat, dan kekaguman anak-anak yang terus berlari mencoba mengejar mereka dengan kaki telanjangnya.

Di Lombok, Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi ikut melepas tim jelajah sepeda dan memberi semangat kepada mereka. Begitu pula di Sumbawa, ratusan anggota komunitas sepeda ikut menghantar tim jelajah hingga ke perbatasan kota Sumbawa.

Saat sampai di Bima, tim jelajah disambut hangat oleh Wali Kota M Qurais Abidin dan ratusan anggota komunitas sepeda di sana. "Sambutan hangat seperti ini bisa mengobati rasa lelah yang sudah kami rasakan sepanjang jalan. Seolah kami adalah bagian dari perjalanan yang penting," kata anggota tim jelajah yang dilepas secara adat di Wawo, Bima.

Saat tiba di Labuan Bajo, mereka juga diterima secara adat. Keramahan warga seolah tiada putus sepanjang jalan. Namun, mereka juga menemukan sebuah persoalan besar yang tergambar dari perjalanan sepanjang Bali-Komodo.

Selain persoalan ketertinggalan infrastruktur dan sarana penyeberangan, terlihat pula betapa daerah timur sangat tertinggal dari sisi sumber daya manusia. Saat beristirahat di Desa Muer, Kecamatan Plampang, Sumbawa, mereka menemukan anak-anak yang belum bisa mengeja meski sudah masuk kelas III SD. Mereka juga hampir tak mengenali susu sebagai minuman mereka.

Minimnya pendidikan dan keterampilan serta tandusnya lahan juga membuat para warga di Pidang memilih menjadi tenaga kerja di luar negeri.

Dari sebuah penjelajahan sepeda, Kompas ingin melihat Indonesia lebih dekat, yang pada akhirnya bisa membuat perubahan yang berarti pada peradaban di dalamnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com