Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi-Basuki Maju, Siapa yang Untung?

Kompas.com - 25/09/2012, 22:33 WIB
Alfiyyatur Rohmah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemenangan fenomenal Jokowi-Basuki pada pemilukada DKI Jakarta akan memberikan pengaruh besar pada orang-orang di sekelilingnya. Terutama bagi tokoh politik yang memang turut membantu memenangkan kontestasi di Pemilukada tersebut.

"Kemenangan fenomenal Jokowi di Pemilukada DKI ini akan turut menaikan popularitas dan elektabilitas sosok yang turut menjadi pendorong Jokowi, misalnya Mega dan Prabowo," kata Pengamat The Political Literacy Institute Gun Gun Heryanto kepada Kompas.com, Selasa (25/9/2012) malam.

Akan tetapi, kata Gun Gun, dalam konteks pemanfaatan momentum kemenangan Jokowi kemarin, tampak 'free-ride publicity' lebih banyak digunakan oleh Prabowo dibanding Megawati. Pernyataan politik Prabowo saat Jokowi menang tampak memperoleh ruang lebih dibanding pernyataan-pernyataan Megawati.

Gun Gun menjelaskan, kewajaran muncul jika banyak pihak, termasuk bingkai pemberitaan media, yang lebih memosisikan Prabowo di panggung media dibanding Megawati. Kecenderungannya memang ada posisi menguntungkan bagi popularitas dan elektabilitas Prabowo sebagai Capres 2014.

Menurut Gun Gun, pernyataan Taufiq Kiemas merupakan bagian dari manajemen pengelolaan isu untuk membuka kemungkinan-kemungkinan pada Pilpres 2014. Posisi Megawati yang belum final masih dipertanyakan akan maju atau tidak di Pilpres 2014.

"Jika Mega tetap maju, maka tentu harus ada strategi agar Prabowo tidak memperoleh keuntungan politis dari posisi Jokowi di DKI," kata Gun Gun.

Gun Gun menuturkan, konstruksi persepsi publik yang dibangun ini akan berkaitan dengan efek domino atau 'bandwagon effect' dari Jokowi pada Pilpres 2014. Jika keduanya maju (Mega dan Prabowo) sebagai RI 1, maka akan saling menjadi kompetitor.

Seluruh potensi pemenangan keduanya pun, tuturnya, akan menjadi area pertarungan baru. Namun, jika keduanya masih bisa bernegosiasi untuk berkoalisi di Pilpres 2014, salah satunya harus bersedia mengajukan calon sebagai RI 2.

"Misalnya Mega menjadi king maker untuk memajukan kandidat potensial lain selain dirinya untuk mendampingi Prabowo di pilpres, terlebih jika dilihat dari tren politik, sebaiknya PDIP melakukan regenerasi dengan memajukan kandidat lain selain Megawati," jelas Gun Gun.

Sebelumnya, hasil survei SMRC, sebanyak 25 persen pencoblos Jokowi-Basuki akan memilih Prabowo jika pemilihan presiden dilakukan saat ini. Adapun Megawati hanya mendapatkan sebanyak 13 persen.

Direktur Riset Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya juga menyampaikan hal yang sama. Dari hasil survei nasional yang digelar paskaputaran pertama Pilkada DKI, tingkat dukungan untuk PDI Perjuangan di wilayah Jakarta tidak bertambah signifikan dibandingkan dengan Pemilu Legislatif 2009. Sedangkan dukungan untuk Partai Gerindra yang meningkat signifikan setelah mendukung pasangan Jokowi-Basuki.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com